BANTUL – Desa Sabdodadi, Bantul , punya potensi yang beragam. Desa yang dikepalai Lurah Desa Siti Fatimah itu dikenal punya sentra kulit Manding. Selain Manding, desa yang berada di Jalan Parangtritis, Bantul itu juga punya potensi lain yang tidak kalah prospektif.
“Beberapa dusun di desa kami juga dikenal sebagai perajin bambu. Nantinya ini kami angkat sebagai destinasi wisata tersendiri,” ujar Fatimah di depan peserta pelatihan peningkatan kapasitas SDM dan Kelembagaan yang diadakan Dinas Pariwisata DIY di pendapa Balai Budaya Tembi, Bantul, Selasa(9/4).
Fatimah mengatakan, di desanya telah terbentuk kelompok sadar wisata (pokdarwis). Sejak 2017, Desa Sabdodadi mendapatkan keputusan Gubernur DIY sebagai desa wisata. Jauh sebelumnya, desa ini juga pernah ditetapkan sebagai desa rintisan budaya. “Dulunya keputusannya diberikan Penajbat Gubernur DIY Paku Alam VIII pada 1994 silam,” ceritanya.
Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo mengapresiasi dengan kemajuan Desa Sabdodadi. “Luar biasa,” ucap Singgih saat membuka dan menjadi pemateri dalam pelatihan tersebut.
Singgih mengatakan, desa mandiri budaya merupakan penjelamaan dari berbagai predikat desa yang pernah ada di DIY. Di antaranya desa wisata dan desa prima. Tak ingin desa-desa itu menyandang banyak status, Pemda DIY kemudian membuat kebijakan. Bentuknya muara dari banyak status itu adalah membentuk desa mandiri budaya.
Mantan wakil kepala Dinas Kebudayaan DIY itu mengatakan, visi pariwisata DIY ke depan menjadikan pariwisata terkemuka di Asia Tenggara yang berkelas dunia. Dari visi itu, pariwisata DIY harus bermanfaat bagi masyarakat.
“Pariwisata harus dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat,” terangnya. Apalagi pariwisata ikut menyumbang devisa bagi negara. Ke depan pariwisata ditargetkan menjadi penyumbang devisa pertama. “Sekarang masih berada di urutan kedua,” ujar Singgih.
Alumni FH UII Yogyakarta ini menambahkan, pariwisata tidak dapat dipisahkan dari budaya. Akar budaya sebuah bangsa yang kuat punya tiga ciri. Yakni punya bahasa dan aksara sendiri serta peninggalan baik fisik maupun nonfisik.
Kepada para peserta, Singgih berpesan agar mereka mempedomani akronim ATM. Itu merupakan kependekan dari amati, tiru dan modifikasi. Pedoman ATM itu perlu dipraktikkan usai peserta melakukan studi lapangan. Pelatihan peningkatan kapasitas SDM dan Kelembagaan Dinas Pariwisata DIY itu berlangsung tiga hari dari 9-11 April 2019. Di samping mendapatkan materi di kelas, peserta akan studi lapangan ke Magelang. (kus/mg3)