GUNUNGKIDUL – Desa tangguh bencana (destana) di Kabupaten Gunungkidul jumlahnya terus bertambah. Hingga sekarang tercatat ada 59 destana yang telah dikukuhkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY.
Kamis(11/4) pengukuhan berlangsung di Desa Watusigar, Ngawen, Gunungkidul. Desa ini merupakan destana keempat di Gunungkidul yang tahun ini diresmikan menjadi destana.
“Dari 59 desa itu memiliki karakter berbeda. Baik masyarakatnya maupun jenis bencananya. Itu artinya penangananan juga tidak sama,” ucap Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD DIY Fauzan Umar saat peresmian Destana Watusigar yang dipusatkan di Dusun Ngimbang, Watusigar, Ngawen, Gunungkidul.
Setelah terbentuk destana diharapkan dapat memperbanyak relawan atau kader sehingga makin banyak warga yang paham penanganan bencana. BPBD DIY menargetkan pada 2022 semua desa di Gunungkidul yang masuk kategori rawan bencana ditetapkan menjadi destana.
Dalam pengukuhan itu juga dilakukan simulasi penanganan bencana. Fauzan ingin setelah terbentuk destana masyarakat periodik menggelar latihan penanggulangan bencana. “Latihan diadakan secara mandiri,” harapnya.
Tentang sumber anggaran pembentukan destana di antaranya berasal dari APBD DIY. Rata-rata nilai anggaran sebesar Rp 150 juta hingga Rp 200 juta. Pihaknya juga mengajak keterlibatan pemerintah kabupaten dan kota se-DIY serta kalangan swasta. “Semua elemen harus terlibat dan dilibatkan,” ajaknya.
Dana yang dikucurkan ke desa itu digunakan untuk pelatihan di kelas maupun simulasi lapangan. Ada 12 kali pertemuan. Rinciannya sembilan kali di dalam ruangan dan tiga kali berupa simulasi lapangan.
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Gunungkidul Agus Wibawa menambahkan, pelatihan destana dimulai dengan pembentukan forum pengurangan risiko bencana (FPRB).
Pelatihan melibatkan 35 orang. Mereka mewakili setiap dusun di Desa Watusigar. “Ke depan pelatihan akan lebih mendalam. Kami libatkan dinas kesehatan dan dinas sosial untuk pelatihan tenaga medis serta persiapan dapur umum,” kata Agus.
Kades Watusigar Giman berharap dengan pengukuhan ini membuat warganya lebih peka dengan bencana. “Kesiapsiagaan harus ditingkatkan,” pintanya.
Di desanya ada 25 kepala keluarga (KK) yang rumahnya berada di zona rawan bencana. Lokasinya ada di Padukuhan Sabrang. Ketika terjadi bencana banjir belum lama ini sejumlah warga terpaksa dievakuasi. “Itu setelah jembatan lama Watusigar terendam air,” paparnya. (gun/kus/mg2)