JOGJA – Polarisasi di masyarakat dalam pemilihan presiden tahun 2019 semakin tajam dibanding pemilihan sebelumnya. Polarisasi tidak melulu buruk sebenarnya. Bedanya, eskalasi polarisasi dalam pemilihan presiden tahun ini meningkat pesat, dengan kadar emosional yang lumayan pekat.
Berita bohong, ujaran kebencian, serangan personal, dan segala bentuk propaganda politik bisa menyebar dengan kecepatan fantastis. Pentolan grup band Letto, Sabrang Mowo Damar Panuluh atau yang akrab disapa Noe Letto, menggagas aplikasi Pantau Bersama. Hal itu muncul sebagai ikhtiar bersama beberapa individu maupun kelompok.
“Melalui sebuah aplikasi, Pantau Bersama coba membangun sikap rasional dalam menentukan preferensi. Memilah informasi dari sumber primer, memahami visi dan misi, menggali ide, gagasan, juga program masing-masing pasangan calon,” katanya saat berbincang dengan wartawan, Minggu (14/4).
Pantau Bersama, menurut anak budayawan Emha Ainun Najib atau Cak Nun itu, juga menjembatani komunikasi langsung antara pemilih dan tim sukses kedua pasangan calon, yaitu Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf dan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi.
Setiap minggu, pertanyaan dengan vote terbanyak dari user akan dikirim untuk dijawab oleh TKN dan BPN. Setelah itu user bisa melihat jawaban dalam bentuk kuis.
“Sejauh ini Pantau Bersama telah merangkul 10.000 pengguna, dengan sekitar 1.000 pertanyaan diajukan kepada TKN dan BPN,” ungkapnya.
Noe mengatakan, apa yang dikerjakannya masih jauh dari maksimal tentunya. Namun hal itu sebagai ikhtiar dengan segala sumber daya yang ada. Yaitu sekumpulan anak muda yang melihat Pemilu sebagai peristiwa budaya.
Bahwa jika Pemilu adalah pesta demokrasi, maka dia menilai membentuk standar budaya pada sebuah pesta sangatlah penting. Apalagi pesta ini melibatkan interaksi sosial dalam skala nasional. Standar budaya adalah nilai. Dia mengungkapkan, memilih presiden hanyalah preferensi. Nilai berada jauh lebih tinggi dari preferensi.
“Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membatu, khususnya kepada TKN dan BPN yang disela kesibukannya bersedia menjawab pertanyaan dari pengguna aplikasi Pantau Bersama,” tuturnya.
Selanjutnya, memasuki masa tenang, dia berharap terbangun kejernihan dalam budaya Pemilu kita. Pada akhirnya, apapun hasilnya, pemenangnya haruslah kita semua sebagai bangsa.
Noe mengatakan, setelah diluncurkan lebih dari tiga bulan, melihat respon masyarakat yang banyak mengikuti aplikasi tersebut pada kalangan menengah. Kalangan tersebut menurutnya terbuka dengan teknologi dan memiliki keresahan, dan peduli objektivitas.
“Karena bagi masyarakat bawah, mengikuti patron lebih mudah secara psikologis. Tapi aplikasi ini akan membuka sesuatu yang mereka tidak bayangkan,” bebernya. (riz)