JOGJA – Kreativitas anak muda saat ini semakin bervariasi. Menyulap limbah dan barang menjadi berbagai macam aksesori dengan nilai jual yang tinggi. Dewasa ini, aksesoris tidak bisa dilepaskan dari anak muda. Hal ini yang membuat beberapa anak muda memanfatkan peluang.

Seperti yang dilakukan Dhiasasih Ulupi, 28, yang berhasil membuat mainan anak-anak menjadi berbagai macam aksesoris. Mulai dari anting, gelang, sampai gantungan kunci.

Memulai ide di tahun 2018, Sasih panggilan akrabnya mulai membuat anting dari mainan lego yang dipadukan dengan berbagai macam manik-manik dan berbagai macam miniatur mainan. Seperti sepatu Barbie sampai miniatur patung tentara.

Mengusung nama our happiness dan dengan kombinasi warna pop art, Sasih ingin membagikan kebahagian dan keceriaan kepada setiap orang yang membeli aksesori darinya. Melakukannya seorang diri, setiap hari ia mampu

menghasilkan tiga sampai lima buah aksesori. “Paling lama pembuatan gelang, karena lebih detail,” jelasnya saat ditemui di rumahnya, Sabtu(6/4).
Sasih mengupayakan, aksesori yang dibuatnya tidak memiliki kesamaan warna dan detail antara satu dengan lainnya. Ia berusaha membuat aksesori dengan edisi terbatas. Aksesori milik Sasih, dibanderol dari harga Rp 10.000 sampai Rp 30.000.

Menjual aksesori melalui online, ia juga kerap mengikuti beberapa event tahunan untuk mempromosikan barang dagangannya. Ke depannya, Sasih akan melebarkan sayap dengan membuat aksesori berbahan limbah kayu.

Tema sama, ia ingin membuka make up artist dengan warna yang tidak biasa. “Masih proses untuk pengambilan foto dengan make up dan aksesori warna pop art,” tambah perempuan yang saat ini sedang menempuh pendidikan S-2.

Ada pula Fajar Prasetya Nugroho, 24, yang memanfaatkan kayu langka menjadi aksesori gelang, kalung, dan tasbih yang diminati kalangan muda hingga tua. Bermula dari pertengahan tahun 2016, Fajar melihat postingan dari seseorang di media sosial yang menjual kerajinan dari kayu langka. Saat itulah, Fajar mulai tertrik dan membeli karena keunikannya.

Tahun 2017, Fajar memutuskan untuk mencari pemasok kayu langka untuk dijual kembali. Hal ini dilakukan karena melihat prospek pasar yang baik. Mengambil bahan mentah dari Kalimantan, Papua, dan Pulau Jawa, Fajar menggunakan jenis kayu gaharu, ebony, ulin manang, gaharu marauke, stigi, kalimosodo, dewandari, dan liwung.

“Sampai saat ini masih menjual online lewat Instagram dengan nama galeri kayu langka, karena peminat kebanyakan dari luar Jogja. Pernah juga menjangkau sampai Malaysia dan Singapura,” kata Fajar kepada Radar Jogja (5/4).

Untuk proses produksi, Fajar dibantu rekannya. Kayu yang telah dipotong memanjang sesuai ukuran, kemudian dibubut menjadi butiran berdiameter delapan millimeter sampai 12 milimeter. Penggunaan kayu yang berbeda dan sesuai pesanan pembeli, akan menghasilkan aksesori dengan warna dan serat kayu berbeda.

Pemilihan pohon langka, tidak serta-merta menebang pohon yang masih hidup. Pemilihan pohon yang sudah mati karena usia, lapuk dan roboh, lebih dipilih oleh Fajar. Hal ini dilakukan untuk menjaga pohon yang langka agar tetap terlindungi.

Untuk aksesoris yang telah dibuat, Fajar mematok harga mulai dari Rp 100.000 sampai Rp 700.000. “Dalam setiap bulan, mampu meraih omzet sekitar Rp 4 juta-Rp 6 juta,” ucap Fajar.

Untuk perawatannya, agar menjaga kayu tetap mengkilap, bisa menggunakan minyak zaitun dan pengkilat mebel. Untuk gelang, jika dipakai terus-menerus lebih baik. Hal ini karena gelang dari kayu yang akan terkena sinar matahari menjadikan gelang tidak akan ditumbuhi jamur dan menjadi rapuh. (cr7/laz/mg2)