Desa Brosot, Galur menjadi desa keempat yang dikukuhkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)  sebagai desa tangguh bencana (destana).

Pengukuhan itu menyusul tiga desa yang sebelumnya lebih dulu diresmikan sebagai destana. Adapun tiga desa lainnya meliputi Desa Banaran, Galur, Desa Gerbosari, Samigaluh dan Desa Bugel, Panjatan.

“Kami ingin setelah pengukuhan ini terus mendapatkan bimbingan dan dukungan dari BPBD Kulonprogo maupun BPBD DIY,” ucap Camat Galur Latyana di lapangan Pedukuhan Klampok RT 17 RW 8 Brosot, Galur, Kulonprogo, Senin (29/4).

Gladi lapang itu merupakan bagian dari simulasi penanggulangan bencana yang diadakan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Desa Brosot dan masyarakat setempat. Simulasi itu merupakan bagian dari peresmian Destana Brosot.

Latyana mengatakan, dukungan yang diperlukan antara lain peralatan. Itu demi menunjang simulasi-simulasi lanjutan. Sebelum dikukuhkan, sejumlah warga Desa Brosot mendapatkan pelatihan penanggulangan bencana. Pelatihan berlangsung 12 kali pertemuan di kelas maupun lapangan. Puncak dari pelatihan destana itu berupa gladi lapang dengan melibatkan ratusan warga setempat.

Saat gladi mereka dilatih menghadapi situasi bencana gempa bumi dengan potensinya terjadi tsunami. Warga antusias mengikuti simulasi itu. Sebagian di antara mereka berperan menjadi korban. Sebagian lagi sebagai pengungsi. Mereka harus menjalani evakuasi. Relawan destana tampil ke depan memberikan pertolongan.

Setelah pengukuhan itu, Latyana berharap Desa Brosot tidak hanya tangguh, tangkas dan tanggap menghadapi bencana. “Lebih dari itu mereka harus siap menjadi relawan,” pintanya.

Peresmian Desa Brosot menjadi destana dilakukan Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana BPBD DIY Fauzan. Kepada warga maupun relawan, Fauzan mewanti-wanti simulasi itu hanya awal dari penanganan bencana.