JOGJA – Memasuki musim pancaroba pada Mei ini menjadi puncak kewaspadaan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jogja pada penyebaran demam berdarah dengue (DBD). Selain itu perubahan dari musim penghujan ke kemarau itu juga menyebabkan munculnya penyakit yang disebabkan virus.

“Selama pancaroba ini, masih ada hujan meski tidak sering, itu yang kami waspadai menyebabkan genangan air jadi sarang nyamuk,” ujar Sekretaris Dinkes Kota Jogja Agus Sudrajat, Rabu (8/5). Untuk itu Agus meminta masyarakat terus menggiatkan pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan. “Termasuk di talang-talang rumah, yang selama ini jarang dibersihkan,” tambahnya.

Pencegahan yang dilakukan dengan mengoptimalkan 3M. Yaitu menguras, menutup dan mengubur, Tetapi inovasinya ditambah dengan diberi ikan-ikan. Juga menek atau memanjat untuk talang air supaya talang air bisa terus dipantau dan terjaga kebersihannya.“Masyarakat telah membentuk  macam-macam, ada laskar berlian untuk  anak-anak di daerah Mergangsan, kemudian ada beberapa kampung yang setiap jumat mereka keliling sambil bersih-bersih dari sarang sarang nyamuk,” katanya.

Juga upaya promotif. Seperti puskesmas turun ke lapangan untuk melakukan sosialisasi dan pengecekkan mengenai DBD. Kemudian dipuskesmas disediakan upaya NS1. “NS1 ini merupakan suatu pemeriksaan screening yang cepat meskipun panas baru satu atau dua hari maka akan ketahuan itu terkena DBD atau tidak,” katanya.

Agus tetap mengimbau masyarakat agar jika badan terasa panas, harus segera melakukan pemeriksaan ke puskesmas. “Tanda tanda panas, badan nyeri-nyeri semua, tetapi ada tanda-tanda lain seperti pembengkakan kelenjar biasanya ada di lekukan tangan,” katanya.

Menurut dia, biasanya karena keterlambatan penanganan yag paling sering menyebabkan kematian. Jika ada gejala panas segera dikirim ke puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut. “Kalau gejala klinisnya menunjukkan ke DBD maka NS 1 ini gratis tidak dipungut biaya apapun, padahal itu mahal,” tuturnya.

Diferensial diagnosis disebutkan karena masih banyak kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan terjadinya Demam Berdarah. “Nanti diperiksa klinisnya dulu, kalau tanda-tanda klinisnya sudah mengarah ke DBD maka dilakukan pemeriksaaan NS,” tegasnya.

Agus mengatakan dari data yang dimiliki Dinkes Kota Jogja, temuan kasus DBD di Kota Jogja cenderung terus mengalami penurunan.  Hingga Mei 2019 ini, tercatat ada 249 kasus. Angka ini mengalami penurunan drastis dimana pada tahun 2018 terdapat 903 kasus.

Dia juga menyarankan agar masyarakat melakukan pola hidup sehat. Termasuk saat puasa ini dengan mengonsumsi makanan seimbang dan bergizi, serta tidak merokok dan minum-minuman keras.Salah satu kebiasaan yang perlu terus ditanamkan sejak dini adalah mencuci tangan dengan sabun di air mengalir. “Cuci tangan ini sangat efektif menjauhkan diri dari berbagai penyakit. Virus tidak akan mudah menyerang tubuh yang sehat,” katanya. (cr8/pra/er)