SLEMAN – Direktur Pusat Kedokteran Tropis; Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Riris Andono Ahmad mengatakan, saat ini pihaknya sedang melakukan langkah untuk meminimalisasi kasus demam berdarah dengue (DBD). Metode pembasmian tersebut memanfaatkan Wolbachia.
‘’Wolbachia merupakan bakteri alami yang terdapat pada sekitar 60 persen serangga. Namun, Wolbachia tidak terdapat di dalam tubuh nyamuk pembawa virus dengue, Aedes aegypti,’’ kata Riris dalam rilis tertulis kepada Radar Jogja, kemarin.
Dikatakan, penggunaan bakteri Wolbachia dalam pengendalian DBD telah dilakukan World Mosquito Program (WMP) Jogjakarta. Yakni dengan memasukkan bakteri Wolbachia ke dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti.
‘’Dari penelitian tersebut terbukti, Wolbachia dalam tubuh Aedes aegypti menghambat pertumbuhan virus dengue. Sehingga tidak lagi mampu menularkan virus dengue, penyebab DBD,’’ kata Riris.
Penelitian WMP Jogjakarta dilaksanakan FK-KMK UGM didanai Yayasan Tahija. ‘’Kami telah melakukan pelepasan Wolbachia di wilayah penelitian. Kami tengah melakukan studi dampak pelepasan Wolbachia terhadap penurunan kasus DBD di Kota Jogja. Studi ini akan menghasilkan bukti kuat pada akhir 2020,’’ kata Riris.
Sebelumnya, kasus DBD di Bantul pada April cukup tinggi. Yakni 159 kasus.
‘’Kami bersama salah satu universitas negeri di Jogjakarta mengembangkan metode pembasmian jentik nyamuk. Bernama Bakia (Wolbachia),’’ kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Fauzan mengatakan.
Metode tersebut masih dikembangkan dan diuji coba. ”Sedang diujicobakan di Sewon dan Banguntapan Bantul. Semoga bisa meminimalisasi kasus DBD di Bantul,’’ harap Fauzan. (har/cr5/iwa/fj)