SLEMAN – PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menggandeng Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta (UPNVY) dalam pengembangan energi panas bumi (geothermal) di Indonesia. Kepala Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Mineral UPNVY Herianto PhD menyatakan, potensi sumber panas bumi di Indonesia sangat besar. Bahkan menjadi yang terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Jumlahnya sangat cukup untuk pembangkit listrik.
“Sumber-sumber panas bumi di Indonesia ini belum sepenuhnya dimanfaatkan. Sedangkan PT PLN (persero) dituntut membuat energi murah. Salah satunya dengan mengembangkan industri panas bumi,” ujar Herianto di kampus setempat Kamis (16/5).
Energi murah yang dimaksud adalah pengelolaan sumber listrik di mulut tambang. Uap dari panas bumi ini dinilai paling ideal untuk menggerakkan turbin penghasil listrik. Berbeda dengan batu bara yang harus melalui proses steam untuk menghasilkan uap.
“Panas bumi merupakan salah satu energi yang tidak akan habis selama ada curah hujan dan aktivitas vulkanik purba,” jelasnya.
PLN berkomitmen terus mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) dalam upaya meningkatkan rasio elektrifikasi hingga 98 persen pada 2019. Ini guna mengejar target porsi EBT 23 persen pada 2025.
Pemanfaatan energi panas bumi sudah mencapai 7 persen dengan kapasitas terpasang 1.948,5 MW dari total potensi sebesar 75.091 MW
Herianto mengungkapkan, banyak sumber energi panas bumi yang akan dikembangkan dan dikelola PLN. Seperti di Ambon, Flores, Ungaran, dan Sumatera.
Menurutnya, potensi panas bumi yang merata di berbagai wilayah terpencil ini bisa membantu penyediaan listrik untuk rakyat yang tinggal di daerah setempat. Namun energi itu hanya bisa dimanfaatkan di tempat. Artinya, turbin harus ada di lokasi itu juga. Penanganan eksploitasi juga cukup rumit. Karena itu PLN membutuhkan tenaga ahli eksploitasi dan ahli eksplorasi panas bumi dari UPNVY yang memang sudah berpengalaman di bidang panas bumi.
PLN juga menggandeng UPNVY sebagai konsultan teknis pada setiap kegiatan yang berhubungan dengan geothermal.
UPNVY sendiri telah dipercaya industri besar dalam penanganan teknis kegiatan geothermal di lapangan. Program Studi Teknik Panas Bumi UPNVY pun sudah ada sejak 1984 dan sudah banyak melahirkan lulusan sekelas senior manajer di sejumlah perusahaan terkait.
UPNVY bersama Institut Teknologi Bandung (ITB) digandeng PLN dalam program peningkatan pengetahuan dan keahlian dalam proses pemanfaatan panas bumi. Kedua universitas ini juga dipercaya menyelenggarakan program beasiswa dan pendidikan lanjutan untuk para pegawai PLN.
Sebagai bentuk keseriusan pengembangan energi panas bumi, PLN dan UPNVY juga telah mengunjungi New Zealand. Negara ini menjadi yang pertama dengan industri komersial panas bumi di kawasan Asia Pasifik.
Bersama PLN dan ITB, UPNVY melakukan kunjungan kerja untuk studi banding dan kerja sama dengan perusahaan energi dan universitas di Selandia Baru pada 6-13 Oktober 2018. Kunjungan kerja ke Selandia Baru merupakan inisiasi PLN dalam pengelolaan energi panas bumi.
“Indonesia memiliki potensi panas bumi yang besar namun belum diolah maksimal, sedangkan Selandia Baru memiliki pengalaman,” ujar Herianto.
Kunjungan kerja diawali dengan pertemuan di Auckland University. Di universitas ini ketiga intitusi melakukan pembicaraan untuk membahas kerja sama terkait kolaborasi penelitian. Atau kemungkinan gelar ganda untuk bidang studi sistem daya (smartgrid).
“Pembicaraan kerjasama dengan Auckland University sudah kami lakukan via e-mail sebelum ke New Zealand. Kami sudah menyiapkan dokumen kerja sama,” katanya.
Ketiga institusi juga menjajaki kerjasama dengan Geothermal Institute untuk penelitian bersama gelar ganda di bidang studi panas bumi. Fokus utamanya pada eksploitasi dan pengelolaan waduk.
“Kami juga berkunjung ke Universitas Canterbury membahas kerja sama tentang energi terbarukan dan civil earthquake untuk program magister energi dan magister manajemen bencana,” jelas Herianto.
Pada kesempatan itu Herianto juga menjajaki kerja sama dengan perusahaan geothermal di Waerake untuk melaksanakan program pemagangan bagi mahasiswa magister teknik perminyakan.
Para delegasi juga melakukan kunjungan ke Kedutaan Besar Indonesia untuk Selandia Baru, Samoa, dan Kerajaan Tonga. Mereka ditemui oleh Duta Besar Tantowi Yahya.
“Dengan belajar langsung di lapangan bersama pakar diharapkan bisa membantu kami. Terutama PLN. Untuk proses pengembangan energi panas bumi di Indonesia yang sangat besar potensinya,” katanya.
Akan sangat sayang apabila potensi panas bumi di Indonesia tidak dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit listrik yang lebih murah untuk rakyat. PLN dan UPNVY pun sepakat untuk membangun energi murah untuk rakyat Indonesia. (*/ita/yog)