GUNUNGKIDUL – Kasus kematian sapi terjangkit penyakit antraks belum berakhir. Baru-baru ini uji laboratorium Balai Besar Veteriner Wates menyebut, jumlah sapi yang terpapar antraks menjadi dua ekor. Temuan kasus masih di seputaran Padukuhan Grogol IV, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul Bambang Wisnu Broto mengatakan, saat ini masih menunggu tiga sampel lainnya yang belum keluar. Menurutnya, sejak dugaan muncul ada lima sampel diambil untuk uji laboratorium. “Tapi hingga sekarang baru keluar dua dan hasilnya positif antraks. Sedang untuk tiga sampel lainnya belum keluar sehingga kami masih menunggu,” kata Bambang, Senin (10/6).
Menindaklanjuti informasi tersebut, dinas pertanian dan pangan terus melakukan upaya pencegahan agar penyebaran penyakit tidak meluas. Selain ambil sampel di titik sumber penyakit, petugas juga menyasar daerah lain seperti pasar hewan Siyono, Kecamatan Playen, wilayah Kecamatan Nglipar, Semanu dan Kecamatan Ponjong. Dari uji sampel itu, semua negatif sehingga dipastikan penyebaran antraks belum sampai ke kecamatan lain.
“Kami juga sudah melakukan suntikan antibotik hewan ternak di radius sati kilometer dari Dusun Grogol IV. Selain itu, di titik-titik suspect juga sudah dilakukan penyemprotan dan penyiraman cairan formalin 10 persen untuk membunuh bakteri spora antraks,” ujarnya.
Dikatakan, penyuntikan dan penyemprotan terus dilakukan secara berulang. Dalam waktu dekat, pihaknya akan memberikan vaksin ke hewan ternak agar bebas dari antraks.
Kepala Seksi Kesehatan Veteriner, Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul Retno Widiastuti menyampaikan, ada 347 ekor sapi, 832 kambing dan sembilan ekor domba telah disuntik antibiotik. Selanjutnya, memaksimalkan pencegahan penyebaran antraks, hewan ternak tersebut diberikan vaksinasi. “Vaksin antraks dapat memberikan efek samping terhadap kesehatan hewan ternak. Jika hewan yang divaksin dalam kondisi tidak sehat bisa sakit hingga mati. Sebelum vaksin dilakukan, kami memberikan sosialisasi antibodi ini ke masyarakat,” kata Retno.
Sebelumnya, sejumlah warga yang sempat bersentuhan langsung dengan sapi suspek antraks atau ‘sapi gila’ telah menjalani pemeriksaan medis. Hasil uji laboraturium, penyakit mematikan tersebut tidak sampai menular ke manusia.
Kepastian itu disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawati. Dia mengatakan, usai heboh kasus suspek antraks pada sapi pihaknya mengambil sampel dua dari tiga orang yang bersentuhan atau kontak langsung dengan sapi antraks. “Hasilnya kedua orang tersebut dinyatakan negatif antraks,” kata Dewi Irawati. (gun/din/zl)