DIJ – Kampung Wisata Budaya Pandeyan, Umbulharjo, Yogyakarta kembali menggelar  Bakdo Kupat. Acara ditandai dengan kirab budaya dan kenduri ketupat mengelilingi kampung setempat.

“ Tahun ini bakdo kupat memasuki tahun ke-11,” ujar Ketua Kampung Wisata Kampung Pandeyan Bayu Pintaka di sela acara, Minggu (16/6).

Dikatakan, selain sebagai wujud syukur, acara itu menjadi upaya melestarikan budaya. Sekaligus mengenalkan potensi Kampung Wisata Budaya Pandeyan. Saat kirab, peserta mengusung gunungan kakung (ketupat) dan gunungan putri (sayuran). Kirab diikuti sekitar 800 orang.

Peserta terbagi beberapa kelompok. Prajurit bregada, rombongan kesenian hadroh, barongsai, drumband SD Sang Timur dan lainnya. Mereka berhalan dari Jalan Pandeyan menuju simpang empat Babaran.

Selanjutnya berjalan ke arah barat melewati Kali Mambu. Kemudian masuk Jalan Veteran dan berakhir di masjid setempat. Di depan masjid gunungan didoakan. Setelah itu diperebutkan oleh masyarakat. Selanjutnya warga makan ketupat opor  yang sudah disediakan.

Bayu mengungkapkan, banyak potensi kesenian dimiliki Kampung Wisata Budaya Pandeyan. Antara lain hadroh, karawitan, wayang kulit, gejog lesung dan bregada prajurit. Atraksi budaya yang mendapatkan dukungan Dinas Pariwisata DIY itu  menarik perhatian warga. Mereka menyaksikan di sepanjang jalan yang dilalui peserta kirab. Bahkan ada yang mengabadikan dengan memotretnya.

Acara sebelumnya didahului dengan reresik kampung dan cethik geni sebagai simbol dimulainya hajat besar kampung setempat.  Asisten Administrasi Umum Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya mengapresiasi kegiatan tersebut. Apalagi acara itu rutin saban tahun.

“Apa yang dilaksanakan warga Kelurahan Pandeyan menjadi modal sosial ekonomi di masyarakat,” tuturnya.

Sedangkan Wakil Ketua Komisi B DPRD DIY Dwi Wahyu Budiantoro menilai,  bakdo kupat itu  merupakan kegiatan pariwisata berbasis budaya. Lewat acara itu masyarakat di   Kelurahan Pandeyan telah menyinergikan pariwisata dengan kebudayan. Dia berharap Kampung Wisata Budaya Pandeyan bisa terus berkembang sehingga makin dikenal wisatawan.

“Kelompok sadar wisata (pokdarwis)-nya harus lebih giat membuat banyak rencana atau gebrakan ,” pinta  Dwi. (ita/kus/zl)