Area di sekitar SMPN 2 Purworejo sejak Minggu petang (16/6) menjadi tempat keramaian baru. Puluhan orang tua bergiliran mengantre agar dapat mendaftarkan anak-anak mereka.

BUDI AGUNG, Purworejo

SMPN 2 Purworejo banyak melahirkan tokoh. Tidak sedikit lulusan sekolah yang terletak di Jalan Ahmad Yani itu menjadi birokrat di pemerintah pusat dan Pemprov Jawa Tengah. Mayoritas pejabat di lingkungan Pemkab Purworejo juga pernah mengenyam pendidikan di sana.

Soal prestasi, SMPN 2 Purworejo juga kerap menorehkan tinta emas. Baik di tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional. Jadi, antrean panjang orang tua calon siswa (casis) sejak Minggu petang (16/6) di sekitar SMPN 2 Purworejo cukup rasional.

Ya, puluhan orang tua casis mengantre di SMPN 2 Purworejo. Sehari sebelum pendaftaran peserta didik baru (PPDB) dibuka, Senin (17/6). Area di sekitar sekolah yang terletak di jalan utama menuju Alun-Alun Purworejo itu pun sejak Minggu petang menjadi pusat keramaian baru.

”Saya kira mereka hanya ingin melihat pengumuman PPDB,” tutur Nicolaus Legowo, seorang warga yang tinggal tak jauh dari SMPN 2 Purworejo menceritakan fenomena keramaian di sekitar rumahnya.

Legowo beberapa jam kemudian akhirnya ikut bergabung mengantre bersama mereka. Tepatnya mulai pukul 21.00 Minggu (16/6). Setelah mengetahui bahwa deretan orang yang mengantre itu ingin mendaftarkan anak-anak mereka.

”Kalau sore hari sampai malam yang ikut antre ibu-ibu. Mulai jam 9 malam baru gantian bapak-bapaknya,” tutur Legowo yang ingin mendaftarkan anak keduanya bernama Samuel Bintang Anjung Nagar itu.

Di tempat itu, keakraban antarorang tua casis terjalin begitu saja. Logistik untuk menemani malam datang silih berganti. Keluarga mengirim kebutuhan makanan dan minuman mereka dari rumah.

”Asyik juga. Karena ada yang membawa tikar dan makanan. Makanan yang datang pun disantap bersama,” ucapnya.

Agar berjalan tertib, para orang tua casis yang telah berkumpul di sekitar sekolah ini berinisiatif membuat nomor urut. Mereka juga membuat kebijakan khusus. Bagi yang meninggalkan lokasi lebih dari satu jam, nomor urut akan diberikan kepada yang berada di belakangnya.

Jadi, mereka bertahan hingga berjam-jam di sekitar sekolah. Bahkan, saat memasuki waktu Subuh, mereka sepakat menggelar shalat berjamaah di tempat tersebut. Persisnya di trotoar jalan.

”Suasananya benar-benar menarik dan kita semua memang tengah mengikhtiarkan anak-anak kita,” tuturnya bangga.

Banyak hal yang bisa dipetik dari perjuangan para orang tua itu. Legowo setidaknya ingin agar anaknya tahu jika orang tua tidak setengah-setengah dalam memberikan yang terbaik bagi anaknya. Dengan begitu, anak akan berpikir berkali-kali jika bertindak negatif.

”Ini adalah kesempatan kita. Untuk meraih kesempatan itu harus diperjuangkan semaksimal mungkin,” katanya.

Daryanto, guru di SMPN 2 Purworejo tidak menampik sebagian orang tua casis bermalam di sekitar sekolah. Namun, sekolah tidak bisa memberikan tempat secara khusus.

”Semua atas kehendak orang tua. Kami tidak bisa melarang. Sampai membuat nomor urut segala,” katanya.

Dia berpendapat orang tua tidak perlu mengantre hingga bermalam. Toh, sekolah telah menerapkan kebijakan zonasi dan sistem online. Di luar zona utama, casis yang masuk zona 1 berpeluang diterima. Apalagi memiliki nilai tinggi.

”Tampaknya ada orang tua yang anak-anaknya bernilai tinggi tetap ikut antre. Padahal tanpa masuk ke zona utama pun bisa diterima selama mereka berada di zona 1,” tambahnya.

Menurutnya, fenomena itu akibat orang tua tidak mengantongi informasi PPDB secara komplet. (zam/rg)