PURWOREJO – Hari pertama pendaftaran peserta didik baru (PPDB) di beberapa sekolah menengah pertama (SMP) favorit di Purworejo, Jawa Tengah, Senin (17/6) diwarnai dengan antrean panjang. Ratusan orang tua calon siswa (casis) rela mengantre untuk mendapatkan nomor urut pendaftaran. Bahkan, tidak sedikit di antara mereka yang mengantre sejak Minggu petang (16/6). Agar mereka memperoleh nomor urut pendaftaran lebih awal. Lantaran nomor urut pendaftaran bisa menjadi ”garansi” casis diterima. Berapa pun nilainya.

Di SMPN 2 Purworejo, salah satunya. Ada empat zona yang diterapkan dalam PPDB salah satu sekolah favorit di Purworejo ini. Yakni, zona utama, zona pilihan, zona 1 hingga 3, dan perpindahan orang tua. Nah, yang diperebutkan ratusan orang tua casis yang rela mengantre sejak Minggu adalah kuota zona utama. Sebab, kuota zona ini sangat terbatas. Hanya 45 siswa atau 20 persen dari total kapasitas sekolah. Puluhan casis itu berasal dari tiga kelurahan yang berada di zona utama. Yakni, Kelurahan Purworejo, Baledono, dan Sindurjan.

”Saya baru ikut antre pukul 21.00 Minggu (16/6),” jelas Nicolaus Legowo, warga yang tinggal di belakang SMPN 2 Purworejo, ini kemarin.

Selain zona utama, tidak sedikit orang tua casis yang memburu zona pilihan. Dari pantauan, mereka mengantre sejak kemarin pagi. Mereka dengan sabar melalui serangkaian pendaftaran. Mulai memasukkan berkas pendaftaran hingga verifikasi data.

Ada tiga zona yang diterapkan dalam PPDB. Yakni, zona 1, zona dua, dan zona 3.

”Ikut (mendaftarkan melalui) zona 1. Yang digunakan kan tempat tinggal, bukan sekolah asal,” jelas Kusmawati, salah satu orang tua casis.

Perempuan yang tinggal di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, itu optimistis putrinya diterima. Nilai kelulusan Nadine Eunike Hermiaji, putrinya 23,0. Sementara, nilai kelulusan tertinggi sekolah dasar di Purworejo 27,0. Dan, kuota SMPN 2 Purworejo sekitar 250-an siswa.

”Kalau terpental di SMPN 2, ya, pilihan keduanya nanti di SMPN 1 Purworejo,” ucap perempuan 37 tahun ini.

R Deni Prasetyawan, salah satu orang tua lainnya juga ikut mengawal pendaftaran anaknya di SMPN 2 Purworejo. Bahkan, dia datang mengantre bersama istrinya. Tujuannya untuk mendampingi anaknya sekaligus mengetahui grafik nilai casis yang lain.

”Memang marem-maremnya (puas) bisa ikut langsung datang seperti ini. Walaupun saya sendiri akan turut memantau lewat PPDB online yang ada,” ujarnya.

Mendengar panjangnya antrean, Kepala SMPN 2 Purworejo Yosiyanti Wahyuningtyas mengaku agak terkejut. Apalagi, tidak sedikit di antara orang tua yang rela mengantre hingga bermalam di sekitar sekolah. Kendati begitu, dia mengklaim, proses PPDB di sekolah yang dipimpinnya berjalan lancar.

”Aturannya (pembagian zonasi, Red) sudah jelas. Kami tinggal menerapkan saja,” katanya.

Di tempat terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Dindikpora) Purworejo Sukmo Widi Harwanto kemarin sempat memantau proses PPDB di beberapa sekolah. Termasuk di antaranya di beberapa SMP favorit.

”Istilah favorit itu kan dari pihak masyarakat atau orang tua. Kalau kami menganggapnya semuanya sama,” dalihnya.

Kendati begitu, Sukmo tak menutup mata bahwa beberapa sekolah yang diburu orang tua memiliki segudang prestasi mentereng. Sebut saja SMPN 1, SMPN 2, SMPN 3, SMPN 4, dan SMPN 5.

”Kami tidak bisa menyalahkan siapa pun. Orang tua juga ingin anak-anaknya mendapatkan pendidikan terbaik,” tambahnya.

Namun, Sukmo meminta orang tua yang anaknya menempuh pendidikan di sekolah lain tidak perlu khawatir. Pemkab telah menempuh berbagai metode agar kualitas pendidikan di Purworejo sama. Di antaranya dengan menerapkan rolling guru. Guru-guru dari sekolah favorit dimutasi ke lembaga pendidikan lain.

”Jadi, nantinya semua akan sama. Tidak ada istilah sekolah-sekolah favorit itu,” ucapnya.

Ketika disinggung mengenai zonasi utama, Sukma menyebut ditentukan sekolah. Itu untuk memfasilitasi warga yang tinggal paling dekat dengan sekolah. Melalui zona ini, seluruh casis bisa diterima. Berapa pun nilainya. Syaratnya, kuotanya sesuai ketentuan. Yakni, 20 persen.

Sedangkan kuota zona 1, lanjut Sukma, minimal 50 persen. Maksimalnya ditentukan sekolah.

”Zona 1 terdiri dari 3 kecamatan. Sisanya ada di zona 2 dan zona 3 untuk mereka yang dari luar kota atau luar provinsi,” paparnya.

Sementara itu, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Gunungkidul menerapkan PPDB secara online. Mulai PAUD (pendidikan anak usia dini) hingga SMP.

Menurut Kepala Disdikpora Gunungkidul Bahron Rasyid, pendaftaran secara online ini untuk mengetahui sekaligus mendata jumlah siswa.

”Orang tua tetap bisa mengisi formulir secara offline. Petugas akan menuruskan pendaftaran secara online,” kata Bahron. (udi/gun/zam/rg)