JOGJA – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjadikan Jogjakarta sebagai daerah pengekspor ikan hias. Melengkapi dua daerah sebelumnya Jakarta dan Surabaya. Mengawali ekspor, sebanyak 400 ekor ikan hias, jenis platy koral dan guppy dikirim ke Filipina.
Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) KKP Rina mengatakan, ratusan ikan ini merupakan hasil ternak peternak ikan lokal. Untuk peternak ikan hias tersebar di kawasan Bantul maupun Sleman.
“Dulu tidak ada nama Jogjakarta sebagai pengeskpor ikan hias. Sebenarnya produktif tapi seringnya titip nama atau dikirim dari Jakarta dan Surabaya. Kalau seperti ini kan bisa bersaing,” jelasnya ditemui usai acara Bulan Bakti Karantina dan Mutu BKIPM KKP di Alun-Alun Utara, Minggu (23/6).
Rina menuturkan budidaya kedua jenis ikan hias ini tidak sulit. Selain itu faktor kerentanan terhadap penyakit juga tergolong minim. Dari segi perawatan, asalkan pakan dan pH air terpenuhi maka bisa beranak pinak dengan mudah. Khusus untuk jenis guppy, Jogjakarta tergolong sukses. Terbukti beberapa jenis guppy bisa dikembangbiakan. Mulai dari guppy biasa hingga yang memiliki harga jual tinggi. Sebagai contoh untuk jenis termahal, harga terendah mencapai Rp 20 ribu sepasang.
“Kalau data lalu lintas di BKIPM biasanya kirim ke Eropa, Amerika hingga Timur Tengah. Nah untuk Jogjakarta akan coba masuk pasar itu. Tapi diawali dari kawasan Asia dulu, seperti Singapura yang jadi pintu terdekat,” ujarnya.
Disinggung mengenai jumlah, Rina tidak menampik masih terlalu kecil. Hanya saja dia meyakini angka ekspor bertumbuh. Sebagai langkah awal, kebijakan ini bertujuan menarik minat peternak ikan hias Jogjakarta.
“Sudah berani pakai nama Jogjakarta tanpa harus nebeng. Untuk prosedur kalau sudah paham tidak ribet, kami janjikan SPM (surat persetujuan muat) bisa terbit dua jam apabila syarat lengkap,” katanya.
Sekretaris Provinsi DIJ Gatot Saptadi meyakini potensi ekspor ikan hias tinggi. Selama ini Jogjakarta terkenal sebagai penghasil ikan konsumsi non laut. Adanya potensi baru ini setidaknya mampu menambah nilai perekonomian bagi peternak ikan.
Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Jogjakarta tercatat 1,2 juta ekor keluar dari Jogjakarta pertahunnya. Angka ini tentu dapat bertambah dengan dimulainya eksport ikan hias. Terlebih saat ini tidak melalui perantara namun langsung ke negara tujuan.
“Strategi potong kompas yang bisa menambah nilai ekonomi bagi peternak ikan. Lebih simpel dan nama Jogjakarta juga ikut bersaing,” jelasnya.
Terkait peternak ikan hias, jajarannya telah mendata di kawasan Sleman maupun Bantul. Selain itu juga pendampingan dari Dinas Kelautan dan Perikanan dan bersama BKIPM Jogjakarta tentunya. “Jogja pasti ada peluang, tapi ini juga jadi tugas kami untuk mengolah potensi. Yang jelas untuk saat ini masih rintisan,” katanya. (dwi/pra/zl