PERSOALAN pelik yang dihadapi raja-raja Jawa adalah menyiapkan calon pengganti. Suksesi selalu mengundang masalah. Tidak pernah berjalan mulus. Rupanya penentu calon pewaris takhta tidak semata-mata di tangan raja. Ada kekuatan di samping raja yang  punya pengaruh kuat. Kekuatan itu terletak pada figur permaisuri.

Ini pula yang terjadi di era Sultan Agung. Keberhasilan Sultan Agung memimpin Mataram  tidak dapat dilepaskan dari sosok Ratu Batang. Dia putri Adipati Batang Upasanta. Karir Upasanta di Mataram adalah seorang perwira tinggi militer. Dia berpengalaman dalam beberapa operasi penaklukan.

Sebagai putri pejabat militer, karakter Ratu Batang ikut terbentuk. Figurnya dikenal keras dan tegas. Tapi semanak. Biasa bicara ceplas-ceplos. Pejabat-pejabat Mataram sering kena semprot.  Ini membuat banyak petinggi kerajaan merasa keder  bertemu Kanjeng Ratu, begitu dia akrab disapa.

Selain putri adipati, Ratu Batang dikenal seorang wanita karir. Dia punya banyak usaha di daerah asalnya. Dia eksportir mebel dari Jepara, rotan, dan pemilik aneka usaha pertanian. Ratu Batang punya wawasan yang luas. Dia biasa bertemu duta-duta negara asing saat mendampingi ayahnya. Ratu Batang hobi mengadakan kunjungan kerja ke berbagai daerah.

Perannya di Mataram semakin kuat saat Sultan Agung mereposisi kedudukan permaisuri. Awalnya kedudukan Ratu Batang adalah permaisuri kedua atau Ratu Wetan. Permaisuri utama ditempati Ratu Kulon dari Cirebon. Namun belakangan terjadi konflik antara raja dengan putri Cirebon. Ratu Kulon dikebonake alias dikeluarkan dari keraton. Posisinya digantikan Ratu Batang.

Dengan kedudukan sebagai Ratu Kulon, peran Ratu Batang semakin kuat. Khususnya ikut menyiapkan anaknya, Raden Mas (RM) Sayidin menjadi penerus takhta. Persiapan dimulai dengan skrining pejabat Mataram. Lembaga ditata ulang. Pejabat banyak yang digeser. Tidak sedikit yang dicopot. Kerabat kerajaan yang dinilai  menghalangi langsung dipreteli kewenangannya. Ratu Batang betul-betul menjadi sosok berpengaruh.

Setelah semua dianggap beres, Sayidin mulai ditampilkan ke publik pada 1637. Dia dikenalkan sebagai putra mahkota. Untuk lebih mendekatkan dengan rakyat, Sayidin diminta aktif di berbagai kegiatan. Dia dipasrahi memimpin berbagai lembaga kerajaan. Antara lain paguyuban saudagar Mataram. Membidani pembangunan pasar-pasar rakyat dan ikut beragam pendidikan kepemimpinan. Guru yang ditunjuk adalah tokoh sepuh, Tumenggung Mataram. Agar Sayidin benar-benar siap memimpin.

Dalam perjalanannya terjadi insiden yang mencederai karir politik Sayidin. Dia terlibat affair. Sayidin dilaporkan melarikan istri tercantik dari Tumenggung Wiraguna. Istri Wiraguna itu mantan artis dan selebritis Mataram. Kejadian itu membuat heboh. Wiraguna langsung mengadu ke Sultan Agung.

Saat menghadap atasannya, Wiraguna tidak sendirian. Dia mengajak adik kandung Sayidin, Pangeran Alit. Dia berharap Sultan Agung menjadi murka dan mencopot kedudukan putra mahkota. Kemudian menggantikannya dengan Pangeran Alit.(yog/rg/bersambung