JOGJA –

Program Segoro Amarto dinilai  efektif dalam menanggulangi kemiskinan. Kegiatan berupa pembinaan kelompok masyaraka itu akan dikembangkan ke seluruh DIY. Pengembangan dilakukan setelah Pemda DIY menjalankan kegiatan tersebut di Kota Yogyakarta.

“Ada enam kelurahan yang menjadi percontohan. Dari Kota Yogyakarta, tahun ini akan merambah ke empat kabupaten se-DIY,” ungkap Tenaga Ahli Program Segoro Amarto Pemda DIY Gunardo kemarin (27/6).

Enam kelurahan percontohan meliputi Kelurahan Pringgokusuman,  Kecamatan Gedongtengen, Kelurahan Gedongkiwo, Mantrijeron,  Kelurahan Prawirodirjan, Gondomanan, Kelurahan Pandeyan, Umbulharjo dan Kelurahan Prenggan, Kecamatan Kotagede, Yogyakarta.

Gunardo mengatakan, pengembangan itu ditandai dengan pembentukan koperasi. Wilayah kerja Koperasi Paseduluran  Segoro Amarto ini seluruh DIY. Salah satu sektor yang menjadi perhatian adalah bidang pangan.

Lewat koperasi, Gunardo ingin menjembatani kebutuhan masyarakat kota dan desa. Misalnya masyarakat kota memerlukan beras. Sedangkan petani di desa butuh memasarkan produk pertaniannya.

“Koperasi itu yang akan menghubungkannya. Petani di desa untung dan masyarakat kota mendapatkan harga yang ekonomis dibandingkan di pasar umum,” jelasnya. Dikatakan, Segoro Amarto adalah program penanggulangan kemiskinan dengan basis gotong royong.

“Semagat gotong royong itu tercermin melalui koperasi. Sebab, koperasi itu sifatnya dari, oleh dan untuk anggota,” kata Gunardo.

Untuk membentuk koperasi itu, Gunardo  telah berkonsultasi dengan Dinas Koperasi dan UKM DIY. Terkait dengan gagasan itu, dinas koperasi memberikan apresiasi dan dukungan.  Pembentukannya diadakan di gedung Mekarsari RW 09 Prawirodirjan, Gondomanan, Yogyakarta.  Hadir perwakilan enam kelurahan di Kota Yogyakarta yang menjadi percontohan program Segoro Amarto ditambah utusan dari Bantul.

Sekadar mengingatkan, awal lahirnya gerakan Segoro Amarto merupakan inisiatif Gubernur DIY Hamengku Buwono X.  Terinspirasi  gerakan nenek moyang membangun Candi Borobudur , Candi Prambanan dan merebut kemerdekaan. Semuanya berhasil dengan modal semangat gotong royong.

Dalam perjalanannya, Kota Yogyakarta yang pertama merespons gerakan tersebut. Ini dibuktikan dengan pencanangan Segoro Amarto oleh Gubernur DIY Hamengku Buwono X di Kampung Bangunrejo, Kricak, Tegalrejo, Kota Yogyakarta pada 24 Desember 2010.

Adapun Segoro  artinya laut. Laut punya sifat iklas menampung limpahan air dari daratan. Segoro dapat berfungsi sebagai sarana interaksi dan transformasi antarkelompok masyarakat, budaya dan antarbangsa. Sedangkan Amarto merupakan negara di pewayangan. Menggambarkan kebaikan sifat masyarakatnya dengan pemimpin yang dapat menjadi teladan.

Segoro Amarto yang dilaksanakan di Pemkot Yogyakarta pada 2011 dengan uji coba di tiga kelurahan. Yakni Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Tegalpanggung, Kecamatan Danurejan dan Sorosutan, Kecamatan Umbulharjo. Hasilnya cukup signifikan. Angka kemiskinan di tiga kelurahan itu rata-rata turun 15 persen per tahun.

Keberhasilan itu  makin diperkuat dengan sinergi Pemda DIY dengan Pemkot Yogyakarta melalui kegiatan kelompok masyarakat dengan model Segoro Amarto.

Budaya gotong royong dapat diaplikasikan melalui pemberdayaan ekonomi. Tujuannya demiengentaskan kemiskinan dan ketimpangan ekonomi di wilayah kantong kemiskinan. Sekaligus mengembangkan Segoro Amarto di tingkat basis atau kampung.

Target utama diprioritaskan  pada keluarga dengan kriteria kartu menuju sejahtera (KMS). Mereka masuk ke basis data terpadu (BDT) dan berdomisili di kelurahan kantong kemiskinan. (kus/fj)