KULONPROGO – Trase kereta api (KA) bandara YIA bakal melewati Pasar Glagah. Sehingga pasar tersebut harus dipindahkan.
Rencana pemindahan tersebut belum banyak diketahui para pedagang Pasar Glagah. Pedagang berharap pemindahan pasar ke lokasi yang strategis. Seperti lokasi dimana pasar tersebut kini berada.
“Saya malah baru tahu (rencana pemindahan pasar) sekarang, belum ada sosialisasi. Kalau lokasinya (pemidahan) strategis seperti yang sekarang, tidak ada masalah, mau aja,” kata penjual ikan di Pasar Glagah, Tukinem, 60 tahun (7/7).
Dikatakan, Pasar Glagah yang ada saat ini sangat strategs. Berada di dekat Perempatan Glagah. Pengguna Jalan Daendels banyak yang mampir. Baik dari Kecamatan Wates (timur), Temon (barat), dan Kokap (utara).
“Warga setempat umumnya juga belanja di sini. Jaraknya dekat dengan Pantai Glagah. Saat liburan selalu ramai,” kata Tukinem.
Pedagang lain, Yanto, 60 tahun, berharap selain lokasi strategis, fasilitas di calon pasar baru diharapkan lebih lengkap. Penataan pedagang diperlukan agar pasar rapi. Dengan begitu minat masyarakat berkunjung ke pasar meningkat.
“Informasinya, akan direlokasi di sebelah utara Pasar Glagah. Jaraknya kurang dari satu kilometer di pinggir jalan Pantai Glagah. Lahan yang digunakan milik Pura Pakualaman. Tapi belum tahu pasti, hanya infonya sih di sana. Kami juga baru sebatas dengar-dengar aja, belum ada sosialisasi,” ungkap Yanto.
Dikatakan, dia tidak menolak relokasi. Sebab, lokasi pasar baru cukup dekat Pasar Glagah. Dia meminta prosesnya bisa dikawal sepenuhnya oleh pemerintah.
“Di sini ada sekitar 60 pedagang, kalau jadi direlokasi, semua harus diperhatikan,” tegas Yanto.
Sebelumnya, Mantan Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo mengatakan, lokasi baru Pasar Glagah ada di sekitar PT Jogja Magasa Iron (JMI). Secara administratif masuk wilayah Desa Karangwuni, Kecamatan Wates. Lahan yang digunakan milik Pura Pakualaman.
Relokasi ini berkaitan dengan target pembebasan lahan untuk pembangunan jalur kerata api menuju Yogyakarta Internasional Airport (YIA) pada akhir tahun ini. Setelah dibebaskan, kontruksi fisik jalur kereta bisa dimulai secara simultan setahun berikutnya.
Diperlukan lahan seluas 10 hektare di empat desa yang akan dilalui KA Bandara. Yakni Desa Kedundang, Kaligintung, Kalidengen, Glagah, dan Pasar Glagah. (tom/iwa/fj)