BANTUL – Kemendikbud dan Pemkab Bantul menggelar Internalisasi Nilai Tradisi Melalui Permainan Tradisional dan Cerita Rakyat. Acara ini untuk melestarikan budaya asli Indonesia.

Acara digelar di Lapangan Trirenggo Rabu (10/7). Diikuti 500 anak dari sekolah dasar dan menengah pertama termasuk para siswa disabilitas di Jogjakarta. Mereka berlomba dalam pertandingan permainan tradisional.

(SETYAKI A. KUSUMA/RADAR JOGJA)

Kepala Seksi Ekspresi, Kemendikbud, Satrio Budi Raharjo mengatakan, kegiatan tersebut mengenalkan permainan tradisional kepada anak-anak. Ada delapan permainan tradisional yang dilombakan. Mulai dakon, egrang, tulup bambu, bakiak, gasing, basbasan, kasti, dan gendiran.

“Untuk besok (hari ini) akan ada lomba dongeng cerita rakyat yang dipentaskan oleh anak-anak,” kata Satrio.

Dikatakan, permainan tradisional untuk menyikapi permainan anak yang ada di gadget. Permainan tradisional memiliki nilai sportifitas, berani bersaing, kejujuran, dan nilai kepahlawanan.

Satrio mendorong kegiatan seperti itu bisa rutin digelar pemkab. Menjadi wujud apreasiasi keragaman budaya Indonesia.

Salah seorang peserta lomba, Putri Handayani, 8 tahun, mengatakan egrang merupakan permainan yang sulit. Namun menyenangkan.

Karena dia harus berdiri di atas dua bambu. Lalu menjaga keseimbangan untuk mencapai garis finish.

Kendati sulit, Putri terhibur. Karena dia bisa bergembira dan bersaing dengan teman-temannya.

“Egrang yang paling sulit. Tapi asyik. Soalnya bisa balapan. Waktu naik sempet takut juga,” ungkap siswi SD Tamansari. (cr5/iwa/fj)