SLEMAN – Saat ini gizi masih menjadi salah satu aspek paling berperan dalam pembentukan kualitas manusia. Di Indonesia, gizi yang bermutu masih belum bisa dikonsumsi seluruh masyarakat. Perbaikan gizi masih selalu diupayakan oleh setiap daerah. Oleh karena itu, ketersediaan tenaga ahli gizi yang berkualitas sangat dibutuhkan.
Mahasiswa program studi (prodi) ilmu gizi akan dibekali tiga kompetensi gizi meliputi gizi klinik, gizi masyarakat, dan manajemen penyelenggaraan makanan. Tidak hanya memiliki tiga komponen utama, mahasiswa Prodi Ilmu Gizi Universitas Respati Yogyakarta (Unriyo) memiliki dua tambahan kompetensi yang wajib diterima mahasiswa. Yaitu kompetensi dalam bidang ahli gizi untuk atlet dan manajemen gizi bencana yang telah diberikan sejak tahun 2018.
“Nanti arahannya akan memperdalam kepada manajemen gizi bencana. Karena di Indonesia juga rawan akan bencana. Hanya saja nanti ditawarkan beberapa pilihan, misalnya manajemen penyelenggaraan makanan saat bencana atau dengan pemberian makanan khusus di rumah sakit saat terjadi bencana,” jelas Kaprodi Ilmu Gizi Unriyo Farissa kepada Radar Jogja (26/6).
Selain perkuliahan di kelas yang hanya mendapatkan teori, tambah Farissa, mahasiswa sedari awal mendapatkan bekal praktik lapangan. Mahasiswa juga dibekali dengan mata kuliah nutripreneur yang biasa diterapkan di area kampus. Untuk memotivasi mahasiswa jika tidak menjadi ahli gizi, mahasiswa masih bisa membuka usaha makanan dengan memperhatikan kandungan gizi yang ada di dalamnya.
Selain itu, bekerjasama dengan Dinas Kesehatan DIJ juga dilakukan oleh Unriyo. Untuk menangani masalah berbasis gizi yang masih menjadi permasalahan di beberapa daerah di provinsi ini.
Sampai saat ini, tambah Farissa, pihaknya telah kerja sama dengan Dinas Kesehatan Gunungkidul selama empat tahun untuk memberikan edukasi akan gizi kepada daerah yang sedang mengalami masalah gizi. Mahasiswa akan menerapkan kompetensi gizi masyarakat.
“Ada beberapa desa dengan permasalahan gizi, pernikahan dini, dan buang air besar yang masih sembarangan. Selama tiga tahun diberikan edukasi dan dicoba untuk mengubah kebiasaan, dan sekarang gizi di sana sudah baik,” tambahnya.
Selain itu, praktik lapangan juga dilakukan oleh mahasiswa di beberapa rumah sakit, tempat gym atau fitnes, usaha makanan dan panti untuk mengawasi asupan makanan bagi para penghuninya.
Tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, mempelajari ilmu gizi bisa bermanfaat untuk lingkungan sekitar seperti keluarga dan masyarakat. Prospek pekerjaan bagi sarjana gizi, menjadi seorang ahli gizi di rumah sakit, ahli gizi masyarakat di bawah dinas terkait, sampai dengan wirausaha. (cr7/laz/fj)