JOGJA – Masa penerimaan peserta didik baru (PPDB) untuk tingkat SD di Kota Jogja memang sudah rampung. Tapi di SD Negeri Gambiran proses PPDB masih dibuka. Itu karena jumlah siswa yang mendaftar untuk kelas 1 di sana belum memenuhi.
Terletak tepat di sisi barat Kali Gajahwong, Umbulharjo, SD Negeri Gambiran nampak sepi siang Jumat (12/7). Tapi sejumlah guru, yang mayoritas berusia sepuh nampak tetap masuk seperti biasanya. Mereka berada di ruang guru. Mereka menunggu calon murid baru yang hendak mendaftar. “Siapa tahu masih ada yang datang,” ujar salah seorang guru SD Negeri Gambiran Retno Miyasih
Meski jadwal PPDB tingkat SD di kota telah ditutup, SD Negeri Gambiran memang harus tetap membuka pendaftaran. Paling tidak hingga tahun ajaran baru dimulai. Hal itu karena sampai dengan saat ini mereka masih kekurangan pendaftar atau calon murid baru. Menurut Retno, dari kuota satu kelas untuk rombongan belajar (rombel) sebanyak 28 siswa, SD Negeri Gambiran hingga saat ini baru mendapatkan sebanyak 13 siswa . Itupun sebanyak tiga siswa belum secara resmi dinyatakan mendaftar karena belum melengkapi syarat berkas-berkas pendaftaran yang diperlukan.“Setiap tahun kita memang selalu kekurangan siswa,” ungkapnya.
Dia mengaku kondisi seperti itu selalu dihadapi tiap PPDB. Selalu kurang siswa. “Tahun lalu saja kami hanya dapat empat orang siswa. Tahun ini sudah jauh lebih baik. Karena sejauh ini kita sudah dapat 13 siswa,” ujarnya.
Meski dari sisi fasilitas dan gedung tak jauh berbeda dengan sekolah lainnya, SD Negeri Gambiran setiap tahunnya selalu kalah bersaing dengan sekolah lain. Dari enam kelas yang ada, tercatat jumlah keseluruhan murid di sekolah ini hanya sebanyak 44 orang.
Karena selalu kekurangan murid setiap tahun, Dinas Pendidikan Kota jogja pun tak jarang memunculkan wacana untuk melakukan regrouping SD Negeri Gambiran ini dengan SD Negeri lainnya.
Terkait wacana itu, para guru hanya memikirkan kondisi para siswa. Retno menyebut, dapat dikatakan semua siswa yang bersekolah di SD Negeri Gambiran merupakan masyarakat urban pinggiran kota kelas bawah. Hampir semua orang tua murid adalah pendatang dari luar kota. “Pekerjaannya ya serabutan, tidak ada yang memiliki pekerjaan tetap. Ada yang kuli kasar hingga tukang rosok,” ujar Retno.
Ketika dikonfirmasi Kepala Dinas Pendidikan Kota Jogja Budi Asrori mengaku belum ada rencana untuk melakukan regrouping SD Negeri Gambiran dalam waktu dekat. Budi malah menyebut saat ini Disdik sedang melakukan kajian menyangkut akses sekolah di sekitarnya.
Untuk PPDB di SD Negeri Gambiran sendiri, mantan Sekretaris Disdik Kota Jogja itu masih memperbolehkan. Tak hanya di SD Negeri Gambiran, tapi juga SD lain yang masih kosong. Termasuk untuk proses mutasi. “Juga bisa untuk menampung anak yang mungkin sudah waktunya SD tapi belum dapat sekolah,” katanya.
Bagaimana jika hingga hari pertama masuk sekolah jumlah siswa belum memenuhi minimal jumlah rombel? “Ya tetap berjalan,” jawabnya. (sky/pra/er)