SLEMAN – Masa orientasi siswa (MOS) menjadi kesempatan untuk melakukan pembinaan dan pencegahan kenakalan remaja. Salah satunya adalah personel Polri yang bertugas di tingkat desa yakni Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat atau Bhabinkamtibmas.

Bhabinkamtibmas Desa Caturtunggal, Depok Barat, Sleman Aiptu Sugihartono salah satunya. Selama MOS ini dia mendapat banyak panggilan untuk menjadi pembicara di sekolah. Itu dimanfaatkannya untuk memberikan pemahaman dan pembinaan untuk mencegah kenakalan remaja. Serta edukasi akan bahaya obat-obatan terlarang kepada para siswa di SMA di wilayah Caturtunggal.

Menurut Sugih, pembinaan dilakukan untuk mengubah mindset remaja untuk tidak menjurus pada kejahatan seperti klitih. Selain itu, memutuskan rantai perselisihan antar kelompok siswa dengan genk yang dimiliki. “Dengan masih adanya genk, perselisihan akan muncul dengan pemicu dari lain sekolah oleh geng lain,” jelas Sugih Kamis (25/7).

Untuk menekan adanya keributan, Sugih memiliki cara jitu. Yakni dengan menemui anggota kelompok yang merasa dituakan dan dihargai. Dengan memberikan tanggung jawab kepada salah satu anggota yang ditakan, Sugih akan meminta untuk melakukan pengawasan dan pemahaman kepada anggota kelompok unguk tidak terprovokasi dan terlibat dalam perkelahian.

Namun Sugih sudah mulai senang. Selama empat tahun melakukan tugas di wilayah sekolah, genk tiap sekolah sudab mulai musnah. Meskipun masih ada perkumpulan siswa di beberapa tempat, Sugih mengaku perkumpulan siswa tersebut tidak mah dijuluki dengan sebutan genk. “Geng yang dahulu eksis, kini sudah mulai hilang,” tambahnya.

Namun untuk melakukan pencegahan, Polda DIY telah melibatkan Bhabinkamtibmas untuk mengawasi sekolah yang masih dinilai rawan perselisihan. Setiap sekolah memiliki dua pengawas polisi dan beberapa bantuan satuan polisi yang berasal dari fungsi lain.

Sementara itu, pembinaan dan sosialisasi selama ini tidam hanya dilakukan oleh Sugih saat acara MOS. Bekerjasama dengan pihak kepala sekolah dan kesiswaan, Sugih tetap memantau siswa minimal tiga hari dalam seminggu dengan mendatangi sekolah. Selain itu, pengawasan di luar sekolah juga dilakukan untuk mengantisipasi adanya siswa yang membolos saat jam sekolah.

Saat ditemukan siswa yang sedang membolos, Sugih akan memeberikan peringatan dan melaporkan hal tersebut ke pihak sekolah untuk ditindak lanjuti. Jika siswa yang bersangkutan berulangkali melakukan hal serupa, tidak tanggung-tanggung, Sugih akan membawanya ke Polsek setempat dan memanggil orang tua siswa. “Namun untuk siswa yang sampai dibawa ke Polsek, sampai saat ini belum ada. Hal ini menunjukkan sosialisasi dan pemahaman kepada siswa memberikan efek jera,” tutur Sugih. (cr7/pra/by)