JOGJA – Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jogja akan memantau penjualan hewan kurban. Terutama yang berlokasi di pinggir jalan menjelang Idul Adha yang jatuh 11 Agustus 2019.
Pemantauan dalam rangka memberikan advokasi kepada masyarakat. Yakni terhadap hewan kurban yang belum diperiksa pihak terkait.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jogja, Sugeng Darmanto bersama Tim Unit Reaksi Cepat yang telah dibentuk akan melakukan pemeriksaan hewan kurban. Tersebar di 64 lokasi penjualan di Kota Jogja.
“Semua lokasi satu per satu kami kunjungi. Bisa saja dua sampai tiga kali kami datangi,” kata Sugeng kepada Radar Jogja.
Mayoritas penjual hewan kurban yang menjadi sasaran merupakan penjual atau peternak luar Jogja. Tim akan memantau kesehatan hewan kurban secara visual.
Bisa dilihat dari matanya yang jernih, kulitnya halus, kakinya berdirinya tegak, dan tidak mimisan. Kotorannya normal atau tidak encer, ekor hewan kurban harus utuh.
“Kalau masyarakat membeli, jadi harus melihat ciri-ciri itu. Kalau kebalikan dari itu berarti enggak sehat,” lanjutnya.
Jika ditemukan ciri-ciri hewan kurban tidak sehat diharapkan segera diperiksa dokter hewan. Langkah tersebut untuk mencegah timbulnya antraks.
Jika hewan kelelahan, perlu diistirahatkan. Jika kekurangan makanan, perlu asupan makanan yang baik. Pola makan hewan kurban berpengaruh ketika masuk Jogja. Apalagi memasuki musim kering.
“Pedagang atau peternak pola pemeliharaannya macam-macam. Ada yang dengan daun-daunan masih segar. Tapi ada juga dengan rumput atau makanan lain. Pas masuk ke sini musim kering, ini perlu diperhatikan,” ingat Sugeng.
Personel Pusat Pengadaan Hewan Qurban (PPHQ) Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) Kotagede Daniawan Dwi Nurrohman mengatakan hewan kurban yang dijual dalam kondisi sehat. Pihaknya membeli hewan kurban dari luar kota dengan pengawasan Dinas Kesehatan dan dokter hewan.
“Dari sisi kesehatan hewan kurban, kami sudah terjamin,” kata Daniawan.
Pihaknya memberikan jaminan penukaran hewan kurban. Jika hewan kurban sakit sebelum pengiriman, akan diganti dengan hewan kurban baru.
“Seminggu sekali dokter dari puskeswan ke sini. Memberi obat untuk kambing,” kata Daniawan.
Pihaknya terus mengecek kesehatan hewan secara insentif setiap hari. Memberikan vitamin guna mencegah penyakit.
Hewan kurban yang disediakan mulai domba Moreno, domba gembel, hingga sapi. Harganya bervariasi. Kambing mulai harga Rp 1,8 juta hingga Rp 2.7 juta. Sapi dijual sekitar Rp 21 juta.
“Harga tergantung besar kecilnya hewan. Yang penting kesehatan hewan terjamin,” kata Daniawan.
Tahun lalu pihaknya menyediakan 345 ekor hewan kurban. Tahun ini 500 ekor kambing dan 15 ekor sapi.
“Yang laku sudah 46 ekor setelah empat hari kami buka. Kebanyakan transaksi dari instansi, sekolah, perusahaan, dan warga sekitar,” ujar Daniawan. (cr15/iwa/er)