Pertama kali ikut lomba dan langsung juara. Itulah Vincent Nicholas. Jawara National Autism Day Funtaustic Festival 2019.

MEITIKA CANDRA LANTIVA, Bantul

NAMA sapaanya sama dengan seniman pasca-impresionis Belanda Vincent Willem Van Gogh. Tapi ini berbeda. Dia Vincent Nicholas, remaja anak berkebutuhan khusus (ABK), yang hari ini (28/7) dinobatkan sebagai juara pertama lomba melukis. Pada National Autism Day Funtaustic Festival 2019. Digelar di Kampoeng Mataraman, Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul. ”Saya senang bisa menang. Tapi saya bingung harus apa, karena semua menjadi senang,” ungkap Vincent yang tak lain cucu Puspita Dewi Prijadi, pemilik PT Matahari Sakti.

Vincent didagnosis dokter memiliki gangguan perkembangan saraf otak sejak kecil. Kondisi itu membuatnya sulit fokus dan terlambat merespons sesuatu.

Vincent sangat senang membuat coretan. Dari situlah bakat melukisnya mulai tampak. Keluarganya sangat mendukung. Sehingga Vincent makin semangat. Belajar melukis. Setiap waktu. Hingga dia mampu menciptakan sebuah karya yang memukau.

”Saya suka kereta. Minggu jalan-jalan naik kereta. Terus saya lukis keretanya,” ucap remaja 15 tahun itu.

Saat itu, Vincent bercerita, dia melukis kereta Korea. Di depan kereta berdiri masinis. Tak banyak bicara, dia lalu menunjukkan beberapa lukisan karyanya yang lain kepada Jawa Pos Radar Jogja. Ternyata dia membuat desain karakter wajahnya sendiri yang dibuat kartun.

Rudy Purwono, 43, ayah Vincent, mengungkapkan, bakat vincent mulai menonjol sejak 2017. Vincent kerap mengikuti pameran. Belum lama ini dia ikut pameran di Galeri Nasional. Bahkan beberapa karyanya pernah terjual. Tak kurang ratusan karya lukis telah dibuat Vincent. ”Saya mendukung penuh Vincent. Meski dia sulit berkomunikasi layaknya anak pada umumnya. Tapi dia ada potensi yang orang lain belum tentu bisa melakukan,” tuturnya.

EKSPRESIF: Salah satu hasil lukis Vincent Nicholas. Sejauh ini sudah ratusan karya yang ia buat dan beberapa sudah di pamerkan ((MEITIKA CANDRA LANTIVA/RADAR JOGJA))

Sejak lulus SMP, kenang Rudy, Vincent sulit mendapatkan sekolah untuk kelanjutan pendidikan. Karena itu keluarga memutuskan supaya Vincent melanjutkan pendidikan di sebuah rumah belajar. “Di situ Vincent belajar banyak hal. Termasuk mengembangkan bakat seni lukisnya. Dia mulai bisa berkomunikasi baik dengan temannya. Dan menjadi lebih ekspresif,” ungkap Rudy.

Melihat semangat Vincent, Rudy punya harapan besar. Putranya bisa menginspirasi anak berkebutuhan khusus lainnya. Juga orang tua mereka.

Bahwa setiap anak memiliki karakter berbeda. Meski ada keterbatasan, pasti ada kelebihan di baliknya. Asal bisa memahaminya.

Torando Rodina, guru Vincent, membenarkan hal itu. Bahwa Individu autisme bukan berarti tidak bisa berkembang. Tapi perlu bimbingan khusus. Bahkan cukup ditunjukkan dengan contoh dan bahasa yang sederhana. Perlahan-lahan anak autis akan berkembang dan semakin baik menerima semua materi. Sebagaimana Vincent. ”Saya dulu sedikit kesulitan saat membimbing Vincent. Tapi, ketika saya paham apa yang dia senang, tak menyangka saja dia berbakat melukis,” ujarnya. (*/yog/rg)