KULONPROGO – Wisata makin digemari. Selain karena pemandangan alam yang indah, juga memiliki beraneka ragam produk yang menjadi ciri khas buah tangannya. Salah satu produk unggulan Kulonprogo adalah teh yang diproduksi oleh para petani teh di Perbukitan Menoreh di Pagerharjo, Samigaluh, Kulonprogo
Salah satunya Kelompok Tani Tegal Subur, yang berada di bawah koordinasi Pusat Pengolahan Teh Menoreh (PPTM). Salah satu produk teh yang terkenal dari kelompok tani yang beralamatkan di Dusun Nglinggo Timur ini adalah “Teh Ki Suko”.
Ketua kelompok Tani Tegal Subur Sukohadi menyampikan, perkebunan Teh Nglinggo dikunjungi oleh para wisatawan mancanegara dari 23 negara. Mereka sangat menikmati Teh Ki Suko. Katanya, Teh Ki Suko memiliki rasa dan aroma yang khas.
Namun, lanjut dia, para wisatawan merasakan kebingungan ketika hendak membeli Teh Ki Suko dalam jumlah banyak sebagai buah tangan untuk keluarga. Mereka enggan membeli dalam jumlah banyak karena kemasan produk yang digunakan belum vacuum, belum optimal, terlalu sederhana, dan belum memuat informasi detail. ”Itu memunculkan kekhawatiran jika aroma dan rasa dari teh yang dibeli tidak seoptimal aroma dan rasa teh ketika dibuat di perkebunan teh,” ujarnya.
Tim Pengabdian Masyarakat dari Universitas Respati Yogyakarta (Unriyo), melalui Hibah Program Kemitraan Masyarakat dari Kemenristekdikti, melakukan optimalisasi tampilan kemasan teh sebagai solusi daya tarik teh. Demi peningkatan kualitas produk, diadakan pelatihan untuk petani teh. “Utamanya mengenai cara peningkatan kualitas teh melalui perbaikan tampilan kemasan produk,” ungkapnya.
Tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Unriyo juga menghibahkan alat pendukung proses produksi teh, yakni tiga unit vacuum sealer, dua unit timbangan digital, satu unit meja rakit, lima unit apron dan topi, dua box sarung tangan, empat box masker, satu unit kabel, dan empat unit container,” ujar Ketua Tim PKM Unriyo Desty Ervira Puspaningtyas SGz MPH, didampingi anggota tim Evrita Lusiana Utari ST MT dan Puspita Mardika Sari SGz MBiotech, di Kampus Unriyo, di Depok, Sleman, Selasa (30/7).
Desty menuturkan, dalam pelatihan tersebut, para petani teh diberi penjelasan mengenai syarat dan tata cara pembuatan kemasan produk. Edukasi ini menekankan kepada petani bahwa kemasan produk harus mengandung keterangan mengenai nama produk, komposisi produk, nomor izin produksi, berat bersih, massa berlaku, nama produsen, alamat produksi, kontak produksi, dan cara penggunaan produk. Selain itu, petani juga dilatih cara menggunakan timbangan digital dan vacuum sealer. Untuk meningkatkan kualitas produk, pelatihan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) juga disisipkan pada pelatihan ini. “Untuk membantu meningkatkan pemasaran produk, tim pengabdi juga mengedukasi mengenai cara penggunaan media sosial sebagai media pemasaran produk,” ungkapnya. (sce/pra/er)