GUNUNGKIDUL – Tingkat konsumsi ikan di Kabupaten Gunungkidul masih perlu ditingkatkan. Di 2018 saja, tingkat konsumsi ikan di Gunungkidul ini hanya 19 kilogram per kapita per tahun. Pada tingkat Provinsi DIJ wilayah ujung timur ini menempati urutan ketiga peringat konsumsi ikan.

Nah, untuk meningkatkannya, Pemkab Gunungkidul membuat sejumlah terobosan. Salah satunya mengoptimalkan minimnya potensi air dengan memelihara jenis ikan lele pada kolam bundar (bio flog). Seperti dorongan untuk warga di Padukuhan Kepek I, Desa Kepek, Kecamatan Wonosari, Rabu (31/7).

Tidak hanya ikan, di tempat itu juga ada aneka sayuran salah satunya kangkung. Selain sehat, dengan gemar makan ikan ekonomi masyarakat juga meningkat.

Bupati Gunungkidul Badingah menyampaikan bahwa pemanfaatan bioponik memiliki manfaat ganda. Metode tanam bioponik sebenarnya dapat dikatakan sebagai metode budidaya tanaman hybrid yang menggabungkan sistem tanam hidroponik dengan sistem pertanian organik. “Air dari kolam juga dapat dimanfaatkan untuk tanaman,” kata Badingah.

Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan (DPP) Kabupaten Gunungkidul Krisna Berlian mengatakan, kalau di DIJ tidak terlalu tertinggal (konsumsi ikan). Namun kalau secara nasional memang tertinggal. “Nasional angka per kapita 40 kilogram per tahun,” kata Krisna Berilian.

Solusinya, budidaya lele dengan menggunakan kolam terpal bundar, dan diintegrasikan dengan sayuran. Diharapkan tiap minggu atau dua minggu dapat dipanen. Sehingga, ke depan masyarakat juga tidak tergantung dengan tanah.  “Ini bisa menjadi inspirasi masyarakat lainnya dan yang terpenting adalah komitmen,” ucapnya.

Kepala Dukuh Kepek I Sukirno mengatakan kolam bundar dan sayuran hidroponik adalah inisiatif dari para pemuda. Generasi milenial memiliki konsep pertanian di tengah kota, nantinya ada pertanian, ternak, budidaya ikan. “Lalu tanaman kangkung setiap dua minggu sekali siap panen. Teksturnya masih lembut berbeda dengan kangkung yang ditanam dengan cara biasa,” kata Sukirno. (gun/din/zl)