GUNUNGKIDUL – Stone Garden (Taman Batu ) di Desa Mulo, Wonosari, merupakan gerbang destinasi Geosite Geopark Gunung Sewu. Proyek pembangunan bersifat bertahap beberapa tahun ini telah menelan anggaran miliaran rupiah.
Keberadaan Taman Batu ini menjadi konsekuensi yang ditetapkan sebagai anggota Global Geopark Network sehingga dapat lolos revalidasi. Pembangunan tahap pertama menelan dana Rp 2 miliar. Bersumber dari Dana Keistimewaan (Danais) DIY sebesar Rp 700 juta dan Kementerian Pariwisata sejumlah Rp 1, 3 miliar.
Hingga saat ini, total biaya yang dikeluarkan sudah sekitar Rp 8 miliar. Sedangkan, berdasar rencana awal diketahui pembangunan Taman Batu sampai tuntas sebesar Rp 23 miliar.
Taman Batu terdapat berbagai jenis batuan yang ada di Geopark Gunung Sewu. Harapannya pengunjung bisa melihat fosil hewan dan pohon berusia jutaan tahun. Saat ini sudah ada sekitar 30 jenis batuan dari 120 jenis yang ada di sekitar Gunung Sewu.
Hanya saja, hingga sekarang Taman Batu masih sepi pengunjung. Padahal, dari fasilitas sebenarnya sudah cukup. Kalaupun ada pengunjung yang datang, kebanyakan hanya masuk dalam paket pengelolaan di objek wisata Lembah Ngingrong.
Lembah Ngingrong merupakan lokasi yang sering digunakan masyarakat untuk istirahat sambil menyaksikan panorama lembah. Lembah Ngingrong juga merupakan satu dari 16 geosite Gunung Sewu Geopark Network di Gunungkidul.
Luas Lembah Ngingrong sekitar sepuluh hektare dengan kedalaman 80 meter. Terletak di pinggir jalan raya antara Mulo-Tepus.
Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Dinas Pariwisata (Dispar) Gunungkidul Supartono mengatakan, sampai saat ini Taman Batu masih dalam tahap pengembangan. Kedepan masih akan dilakukan penataan.
”Masih dalam tahap pengembangan. Ke depan kita berencana membangun beberapa fasilitas di sana seperti gedung teater dan panel-panel informasi,” katanya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lembah Ngingrong Suwarno mengakui jumlah pengunjung di Stone Garden minim. Bisa dihitung dengan jari. Setiap hari belum tentu ada tamu.
”Padahal dari unsur pendidikan bisa dimanfaatkan. Kalau belum ada pengunjung luar daerah, paling tidak pelajar di Gunungkidul bisa diagendakan melakukan kunjungan dan pembelajaran,” kata Suwarno.
Dalam pengembangan Taman Batu, Suwarno mengaku pihaknya belum dilibatkan. Oleh sebab itu, anggota pokdarwis enggan untuk ikut cawe-cawe dalam mengembangkan Taman Batu.
Menurutnya, pengelola Taman Batu ada di Dinas Pariwisata Gunungkidul. Pokdarwis tidak diberi wewenang untuk melakukan pengembangan maupun perawatan. (gun/amd/er)