SIFILIS termasuk penyakit menular yang sulit diketahui gejala awalnya. Padahal, penyakit ini tak boleh diabaikan. Jika terlambat mendapat penanganan medis, akibatnya bisa fatal. Dokter Kalista Yuniar mengungkapkan, sipilis yang sudah parah bisa menimbulkan infeksi otak dan kecacatan tubuh. Bahkan kematian. Berikut hasil wawancara Radar Jogja dengan dokter spesialis kulit dan kelamin Rumah Sakit Hermina Jogjakarta itu.
Apa penyebab penyakit sifilis?
Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Bakteri ini biasanya menyebar melalui hubungan seksual. Saat melakukan hubungan seksual, bakteri yang terdapat di alat kelamin akan menyebar melalui kontak fisik. Jika cairan orgasme salah satu penderita terkena kelenjar getah bening, Treponema pallidum akan menyebar ke seluruh organ tubuh.
Sifilis juga bisa menular melalui melalui kontak fisik dengan luka pada penderita. Penularan terjadi karena adanya kontak dengan lesi terbuka di permukaan kulit atau mukosa yang dialami si penderita. Sifat penyakit ini sangat mudah menular.
Bagaimana penularannya?
Penyakit ini rentan menulari individu yang sering berganti-ganti pasangan seksual dan memiliki kebiasaan seks yang tidak aman. Penggunaan pengaman seperti kondom pun tidak sepenuhnya mencegah penularan sifilis. Masih mungkin terjadi kontak fisik. Sebab, kondom tidak menutupi semua bagian kulit. Kadang, orang yang melakukan petting tanpa pengaman juga bisa terkena sifilis.
Apa gejala yang dialami penderitanya?
Gejala sifilis dikatagorikan berdasarkan tahapan yang dialami. Pada tahap awal, gejala sifilis cenderung sulit untuk dideteksi. Namun, pengidap tetap bisa menularkannya kepada orang lain. Pada fase primer gejala sifilis sering tidak muncul. Kadang muncul luka di kulit, tetapi tidak terasa sakit sama sekali. Sehingga sulit untuk mengenali gejalanya. Fase ini berlangsung selama 3-90 hari.
Fase sekunder ditandai dengan munculnya ruam dan bintik-bintik merah yang menyebar di bagian tubuh penderita. Seperti tangan, telapak kaki, dan mulut. Fase ini terjadi dalam rentan waktu 3-10 minggu.
Sedangkan fase tersier yang paling berbahaya. Sifilis dapat menyebabkan kerusakan organ dalam manusia seperti otak, saraf, dan jantung. Kalau sudah menyerang otak bisa menimbulkan kejang, kehilangan fungsi mengingat, berubah kepribadian, dan hilang kesadaran. Fase ini berlangsung apabila penderita telah terjangkit bakteri cukup lama, yakni sekitar 3-15 tahun.
Bakteri penyebab sifilis juga dapat ditularkan dari ibu penderita ke janin. Selama kehamilan atau saat kelahiran. Ini menyebabkan terjadinya sifilis kongenital (ditularkan dari ibu ke janin selama dalam kandungan). Dampaknya akan sangat mematikan bagi bayi. Karena bakteri langsung menyerang organ dalam bayi. Bayi bisa cacat.
Bagaimana mencegah sifilis?
Disarankan kepada orang yang rentan terinfeksi untuk melakukan tes darah Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) dan Trepomena Pallidium Hemaglutination Assay (TPHA) di laboratorium. Untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi bakteri treponema pallidum yang menyebabkan penyakit sifilis. Ini juga dianjurkan untuk orang yang akan menikah. Atau orang yang berisiko sifiis karena sering berganti-ganti pasangan.
Bagaimana pengobatannya?
Antibiotik menjadi satu-satunya obat. Salah satunya dengan suntikan penisilin G. Pengobatan harus dilakukan oleh profesional. Penggunaan antibiotik yang asal-asal justru bisa membuat bakteri menjadi lebih kebal. Apabila infeksi tak lekas ditangani, dapat berlanjut ke tahap laten atau tersier.
Orang yang menerima pengobatan sifilis harus menjauhkan diri dari kontak seksual hingga lukanya sembuh. Penderita perlu melakukan cek rutin ke dokter. Untuk mengetahui apakah infeksi sudah ditangani secara adekuat. Kebanyakan kasus, habis diobati sekali mereka tidak kembali lagi. Padahal apabila bakteri masih reaktif, sifilis bisa kambuh lagi. (cr16/yog/rg)