GUNUNGKIDUL – Daya ingat pemangku kebijakan di Pemkab Gunungkidul perlu dipertajam. Sejak jauh hari lalu, anggota DPRD Gunungkidul pernah mengingatkan tentang solusi penanggulangan krisis air. Sayang, hingga sekarang belum ada realisasi.
Anggotaa Komisi C DPRD Gunungkidul Anton Supriyadi mengatakan, dalam pandangan fraksi pernah disinggung target aman ketersediaan air di masing-masing kecamatan. Waktu itu, dia menyampaikan bahwa penanganan sulitnya air bersih hendaknya dipersempit.
”Jika selama ini global satu kabupaten, kini perlu ada target bebas krisis air di setiap kecamatan,” kata Anton.
Politisi Nasdem itu menyampaikan bahwa target per zonasi maka pemetaan wilayah krisis air menjadi mudah dan terarah dalam penanganannya. Misalnya, alternatif memasang bak penampungan air di desa rawan terdampak kekeringan.
”Dalam pandangan fraksi, masukan ini pernah kami sampaikan ke eksekutif dan dijawab iya, iya, dan iya,” ucapnya.
Menurutnya, persoalan air bersih di Bumi Handayani tidak bisa ditempuh dalam waktu cepat. Bahkan, dia pesimistis tercapainya target seratus persen akses pelayanan air minum (universal access) di akhir 2019 dapat terlaksana.
”Tidak mungkin bisa hanya dengan waktu satu tahun, dua tahun. Apalagi tahun ini,” ucapnya.
Dikatakan, jangkauan wilayah di Gunungkidul sangat luas. Oleh sebab itu, dia juga pernah menyampaikan kepada eksekutif mengenai tujuan meraih laba sebesar-besarnya (profit oriented) dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Handayani Gunungkidul.
”Saya itu juga kasihan dengan PDAM. Setiap saat dikritik berkaitan dengan pelayanan air bersih untuk pelanggan,” ungkapnya.
Jangankan berbicara aset, Anton menegaskan, menghitung biaya pemeliharaan peralatan saja sudah rumit. Seperti diketahui, PDAM pernah menyampaikan adanya kebakaran mesin pompa yang terjadi berulang-ulang.
”Ayolah, kalau kita belum mampu berpikir bisnis, kenapa tidak kembali ke fungsi sosial dulu di PDAM?” ujarnya.
Sebelumnya, Direktur PDAM Tirta Handayani Gunungkidul Isnawan Fibrianto menyampaikan, mesin pompa yang terbakar berada di dalam air. Meski secara berkala dilakukan pengecekan alat, potensi kerusakan tidak dapat dicek setiap saat.
”Harga satu unit pompa mencapai ratusan juta rupiah. Kalaupun anggarannya ada, untuk mendapatkan barang tidak bisa instan. Harus pesan terlebih dahulu, baru kemudian dilakukan perbaikan,” kata Isnawan. (gun/amd/zl)