BANTUL – Idealnya, bangunan SD dipakai untuk lokasi belajar. Di Bantul, bangunan SD justru dipakai untuk menjemur padi.

Realitas tersebut terjadi setelah sekolah tersebut selama 13 tahun tak terurus, alias mangkrak. SD Inpres tersebut terletak di Widoro, Padukuhan Candran, Bangunharjo, Sewon.

Sebagian bangunan runtuh akibat gempa 2006. Tidak ada upaya untuk mengindahkan gedung tersebut. Seluruh siswa dipindahkan ke SD Jurug, SD Cabeyan, dan sekitarnya. Sehingga bangunan peninggalan era Presiden Soeharto itu usang tak terawat.

Menurut warga setempat, Sumirah, 59, usai gempa 2006 bangunan tersebut tak lagi digunakan. Karena tak kunjung diperbaiki, seluruh siswa berpencar menggabung ke sekolah lain.

”Yang digunakan menjemur padi hanya halamannya. Untuk jemur jika waktu panen tiba,” kata Sumirah (8/8).

Sekolah tersebut terdiri dari delapan ruangan dan satu bangunan masjid. Beberapa ruangan ambrol. Di sisi timur ada satu kolam tak terawat.

Sumirah mengatakan, upaya warga untuk menghidupkan gedung tersebut sudah dilakukan. Namun terkendala izin. Beberapa pengusaha berniat menghidupkan sekolah tersebut. Namun desa belum mengizinkan.

Ketua RT 9 Widoro, Sudiyono mengatakan pasca gempa sekolah tersebut masih aktif. Menempati bangunan sementara berupa rumah iyom (rumah sementara berbentuk gubuk) bantuan pemerintah.

Lalu Pemkab Bantul membuat program Sekolah Terpadu. ”Istilahnya grouping. Siswa menggabung di sekolah lain,” kata Sudiyono (8/8).

Dia berharap, pemerintah turun tangan mengatasi hal tersebut. Sehingga bangunan mangkrak bisa kembali dimanfaatkan.

Ketua Komisi C DPRD Bantul Wildan Nafis akan mengkonfirmasikan kondisi sekolah itu dengan dinas terkait. ”Saya belum paham tentang Bangunan SD Inpres tersebut. Nanti saya konfirmasi ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) karena menyangkut Pendidikan Dasar (SD) yang masih kewenangannya,” tuturnya. (cr6/iwa/fj)