KULONPROGO – Kabar akan adanya gempa dan tsunami di pesisir selatan Jawa membuat objek wisata pantai di Kulonprogo sepi pengunjung. Kondisi itu membuat para pelaku usaha objek wisata (Obwis) pantai mengeluh. Salah satunya terpantau di Obwis Hutan Mangrove Desa Jangkaran, Kecamatan Temon.
“Jumlah kunjungan wisata pasca munculnya kabar tentang potensi gempa di sepanjang pantai Selatan Jawa setinggi 20 meter membuat pengunjung takut. Pengunjung turun drastis. Biasanya saat hari libur 3.000 pengunjung, sekarang 100 pengunjung saja sudah bagus,” ucap Tukiyat, 56, penjual makanan di kawasan Obwis Hutan Mangrove Jangkaran, Jumat (9/8).
Sepinya pengunjung membuat banyak warung memilih tutup, jika ada warung yang buka pelanggannya kebanyakan petambak udang, bukan wisatawan. Dari sekitar 100 warung yang ada, kini hanya sebagian yang buka.
“Seperti saya tetap buka karena melayani para petambak udang. Kalau yang ada di dekat pantai sana banyak yang tutup. Lha ga ada yang datang, sepi,” katanya.
Diungkapkan, para pelaku usaha mulai merindukan kehadiran pemerintah daerah untuk mengatasi kondisi tersebut. “Pemerintah harus turun tangan menyikapi persoalan ini. Jika dibiarkan banyak yang gulung tikar. Wisata lumpuh, pengujung gak ada, semua merugi,” keluhnya.
Pakar Tsunami dari Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko sempat menyatakan, gempa megathrust dengan magnitudo 8,8 berpotensi terjadi di selatan Pulau Jawa. Berpotensi tsunami dengan ketinggian gelombang 20 meter.
Daerah yang terkena tsunami jika gempa megathrust di selatan Jawa terjadi meliputi daerah selatan DIJ meluas ke barat hingga Cilacap dan ke timur hingga ke Jawa Timur. Berdasarkan sejarah, gempa besar di selatan Pulau Jawa pernah terjadi pada 1994 di Banyuwangi dengan kekuatan 7 SR. Tahun 2006 kembali terjadi, memicu tsunami di Pangandaran dengan kekuatan 6,8 SR. (tom/iwa/fj)