JOGJA – Jumlah temuan cacing hati di hewan kurban di Kota Jogja masih tinggi. Hingga Senin siang (12/8), Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertan) Kota Jogja mencatat ada 163 temuan cacing hati. Terbanyak di Kecamatan Mergangsan hingga 24 temuan cacing hati. Mayoritas penyakit ini ditemukan pada hati sapi.

“Tapi untuk dagingnya tetap aman konsumsi,” kata Kepala Dispertan Kota Jogja Sugeng Darmanto ditemui usai pelantikan anggota DPRD Kota Jogja, Senin (12/8). Data hingga Senin siang, lanjut dia, jumlah hewan kurban jenis sapi, kambing dan domba sampai 4.395 ekor, sementara untuk temuan cacing hati mencapai 163 temuan.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner Dispertan DIJ Anung Endah Suwasti menjamin seluruh daging kurban tetap layak konsumsi. Ini karena cacing hati hanya menjangkiti organ hati. Bahkan hati yang terdapat cacing tetap bisa dikonsumsi.

Anung menuturkan, hati layak konsumsi, kerusakan tak lebih dari separuh. Hati yang terdapat cacing bisa dipotong. Sementara bagian yang bersih bisa diolah dengan suhu matang panas. Tujuannya untuk mematikan cacing dan telurnya.

Diakuinya,  kondisi zero cacing hati adalah mustahil. Embrio cacing hati bisa ditemukan dari berbagai aspek. Mulai dari pakan hingga kondisi kandang ternak. Bahkan dalam setiap helai rumput ada kemungkinan tersimpan telur cacing hati.

“Untuk menjadi zero (cacing hati) itu agak sulit, karena pasti ada temuan. Ya setidaknya bisa dengan meminimalisir sumbernya. Terutama dari pakan dan kandang agar benar-benar diperhatikan. Ditembah cek kesehatan ternak secara rutin,” pesannya.

Sementara itu pada hari pertama tasyrik Senin, rumah pemotongan hewan (RPH) Giwangan tetap kebanjiran order sembelih dan potong hewan kurban. Total ada 94 hewan kurban jenis sapi yang terjagal hingga Senin (12/8). Terdiri dari 44 sapi pada Minggu (11/8) dan 50 sapi untuk hari kedua.

Sugeng mengatakan, pelayanan hewan kurban berlangsung hingga besok (13/8). Data terakhir menyebutkan, tersisa 24 sapi yang dipotong selama dua hari. “Minggu itu sebenarnya ada 50 sapi, tapi enam pemiliknya mengundurkan diri karena disembelih mandiri. Lalu untuk besok (hari ini) dan Rabu masing-masing ada 12 ekor sapi,” jelasnya.

Untuk proses pemotongan hewan kurban berlangsung dini hari, 01.00, setiap harinya. Tujuannya agar ada manajemen waktu dengan penyembelihan dan pemotongan reguler. Yang diperuntukkan bagi pedagang.

Fasilitas istimewa berlaku bagi pemotongan hewan kurban. Berupa tidak adanya pembaran retribusi bagi pemilik hewan kurban. Berbeda dengan pedagang yang tetap wajib membayar retribusi. Aturan tersebut berlaku dalam empat hari pemotongan Idul Adha.

“Tapi mereka (pemilik hewan kurban) tetap membayar ke tukang kelet yang standby selama Idul Adha,” ujarnya. (dwi/pra/er)