JOGJA – Banyak beredar video hewan kurban yang lari saat akan disembelih. Direktur Halal Center Fakultas Peternakan UGM Nanung Danar Dono menilai, salah satunya karena penyembelih tidak memperhatikan tingkat stres binatang ketika hendak melakukan prosesi pemotongan. Padahal binatang bisa mengamuk apabila mengalami stres. Tingkat stres tinggi ternyata juga membuat kualitas daging kurban menurun seperti berwarna pucat, alot, dan terasa lebih kecut.
Dia mengimbau kepada panitia kurban untuk menjaga hewan agar terhindar dari stres sebelum dipotong. Supaya terhindar dari stres, hewan ternak perlu diistirahatkan sebelum disembelih. Karena stres bisa muncul karena kelelahan. “Diusahakan suasana juga jangan dibuat ramai supaya binatang nyaman dan tidak ketakutan, karena jika stres hewan bisa mengamuk,” ucapnya Senin.
Selain itu, hewan juga perlu dipisahkan dari rekannya sebelum dipotong. Jangan sampai hewan mencium bau amis darah. “Binatang tidak boleh melihat temannya dikuliti dan disembelih. Genanganan darah menimbulkan bau amis bisa memicu hewan jadi tambah stress,” paparnya.
Sedangkan ciri hewan yang mengalami stress, lanjut dia, yakni mulai menggerak-gerakkan ekornya sebagai tanda gelisah. Saat penyembelihan berlangsung, dia menyarankan, sebaiknya sesegera mungkin memotong tiga saluran pada leher bagian depan atau tepatnya di bawah jakun, yakni saluran nafas, saluran makanan dan pembuluh darah arteri karotis dan vena jugularis. “Karena proses penyembelihan yang benar harus memotong tiga saluran,” paparnya.
Dia juga menyarankan proses penyembelihan tersebut tidak memutus saluran sumsum tulang belakang. Karena saluran dapat memompa darah agar cepat keluar. Apabila terputus, darah akan banyak menumpuk dan menjadi sarang bakteri sehingga daging lebih mudah membusuk.
Setelah disembelih, Nanung menjelaskan, saat membungkus dan mendistribusikan daging, hendaknya menggunakan kantong plastik bening. Karena umumnya tas plastik warna hitam adalah hasil daur ulang limbah kimia plastik. Selain itu, pewarna hitam yang dipergunakan dapat bersifat karsinogenik atau memicu tumbuhnya sel kanker.
Dia juga menyarankan untuk tidak mencuci daging kurban di sungai. “Umumnya sungai di wilayah kota telah tercemar dengan bahan kimia, limbah rumah sakit, kuman-kuman penyakit maupun limbah peternakan,” tuturnya. (cr16/pra/er)