JOGJA – Limbah cair tahu, atau yang dikenal sebagai kecutan, merupakan air sisa pencucian, perendaman, perebusan kedelai dan pengepresan tahu. Selama ini, limbah cair tahu hanya dialirkan begitu saja di selokan. Sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan seperti bau tidak sedap dan merusak kualitas air.
Tetapi di tangan Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) limbah tahu di Dusun Tegalsari, RT 5, Jomblangan, Banguntapan, Bantul diolah menjadi biogas dan kerupuk aneka rasa. Mereka adalah Dosen Teknik Kimia UAD Maryudi ST MT PhD dan Lukhi Mulia Shitophyta ST MT, dan Dosen PGSD UAD Siwi Purwanti MPd.
Dr Maryudi menyampaikan pemasangan rangkaian biogas telah selesai. Kandungan organik dan gas-gas seperti metana (CH4), oksigen (O2), hydrogen sulfida (H2S) dan karbondioksida (CO2) yang terdapat pada limbah cair tahu berpotensi menghasilkan biogas.
“Pada proses produksi biogas, limbah cair tahu dialirkan ke tandon 5100 L yang berfungsi sebagai digester yang dilengkapi dengan alat penampung gas dan pipa untuk mengalirkan biogas ke kompor-kompor yang telah dipasang,” paparnya di Kampus Utama UAD, di Tamanan, Bantul Sabtu (10/8).
Biogas yang dihasilkan diharapkan mampu menjadi solusi alternatif bagi para warga sekitar. Terutama pemilik industri tahu untuk memanfaatkan limbah tahu menjadi bioenergi. Manfaatnya dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan menghemat pengeluaran secara ekonomi.
Sedangkan limbah padatan berupa ampas tahu, yang biasanya hanya dibuang atau campuran makan ternak, juga diolah menjadi kerupuk aneka rasa. “Rasa bayam, wortel, pedas, dan original,” tuturnya.
Siwi Purwanti menambahkan, kegiatan pelatihan pembuatan kerupuk limbah tahu dilaksanakan, Sabtu (27/7) dan Selasa (30/7). Peserta adalah pemilik industri tahu Pak Min dan warga sekitar. “Pembuatan kerupuk aneka rasa ini akan menambah nilai jual dan mengurangi limbah,” ujarnya. (*/pra/en)