JOGJA – Dibanding negara lainnya, FPU dari Indonesia memang disambut baik. Saat berpatroli atau berada di camp, warga selalu mendekat. Kesan yang dia tangkap, warga Bangui menganggap FPU ramah-ramah. Sehingga tidak ada ketakutan untuk berkomunikasi dan interaksi.
Brigadir polisi satu ini tak hanya bertugas menjaga camp. Sesekali dia juga mengajar di sebuah kelas. Meski hanya sebatas pendidikan dasar bagi anak-anak. Ini pula yang membuat sang polwan memiliki kedekatan dengan anak-anak.
“Kalau misi utama FPU itu melindungi hak sipil, tapi tidak menutup kemungkinan pendekatan lainnya. Di sini (Bangui) memang tidak ada pendidikan formal. Jadi sempat mengajar basisnya saja, seperti baca, menulis dan berhitung,” ujarnya.
Rasa kangen tentu bergelayut di hatinya. Apalagi dia bertugas di wilayah yang berbeda benua. Walau begitu, sang polwan tak ingin bersedih. Saat waktu istirahat tiba, dia akan telepon orangtuanya. Sekadar bertanya kabar dan bercerita tentang kesibukannya hari itu.
“Jelas ada rasa kangen keluarga. Untungnya untuk masakan rumah sedikit terobati. Soalnya yang masak juga dari Indonesia,” curhat polwan yang bertugas di Satlantas Polres Bantul ini.
Di ujung perbincangan, Briptu Ima turut menyemangati polwan-polwan lainnya. Keberangkatannya bersama AKP Leonisa bukti selalu ada kesempatan. Dia juga memohon doa agar ratusan polisi yang tergabung dalam FPU bisa menjalankan tugas dengan amanah dan aman.
“Masalah gender bukan menjadi batasan diri untuk tidak bisa ke tingkat nasional maupun internasional. Saat ini semua peluang terbuka, asal memiliki keinginan kuat dan kompetensi. Mohon doanya juga agar lancar selama menjalani misi ini,” tuturnya. (dwi/laz/by)