JOGJA – Lama tertidur, abdi dalem Musikan, Keraton Jogja, kembali aktif. Bertempat di Bangsal Mandalasana, alunan musik diatonis mulai menggema. Tetap berseragam peranakan, para abdi dalem memainkan alat musik dari barat tersebut.

Raja Karaton Jogjakarta Sri Sultan Hamangku Bawono ka 10 merupakan inisiator utama. Sesuai fungsinya, abdi dalem Musikan menyambut tamu yang datang. Walau bernuansa barat, sentuhan kearifan lokal tetap kental melekat.

“Berada di bawah naungan KHP Kridhomardowo. Pemainnya para abdi dalem yang biasa bermain gamelan,” jelas sang konduktur, Kanjeng Raden Tumenggung Waditrowinoto yang ditemui usai pementasan, Minggu (18/8).

Pangarso Musikan Keraton Jogja ini menuturkan sejarah awal. Pada zamannya, abdi dalem Musikan memang memiliki peran menyambut tamu. Itulah mengapa peletakannya berada di Bangsal Mandalasana. Lokasi ini langsung menyambut tamu yang masuk ke pelataran kedhaton.

Abdi dalem ini memiliki peran penting semasa era Sri Sultan HB VIII. Tepatnya medio 1921 hingga 1939. Bahkan para abdi dalem bertugas resmi dalam setiap acara protokoler kerajaan. Suguhannya berupa alunan musik Eropa.

“Kesenian keraton itu tidak hanya tentang gamelan. Pada zaman dulu juga ada musik Eropa, namun hadirnya dengan nuansa kearifan lokal. Wujud kolaborasi antara warisan keraton dengan gaya Eropa,” ujarnya.

Hadirnya Abdi Dalem Musikan ini memang sebuah kejutan. Mengusung tajuk Pentas Musikan, bertepatan dengan perayaan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Total ada 10 lagu yang terlantun selama 40 menit pementasan.

Lagu-lagu bertemakan perjuangan ini terus menggema. Sebut saja Tanah Airku, Hari Merdeka, Sepasang Mata Bola, dan beberapa lagu patriotik lainnya. Bangkitnya aset kesenian keraton ini tentu mencuri perhatian para wisatawan.

Tanggapan beragam muncul dari para wisatawan. Salah satunya wisatawan asal Bandung, Jawa Barat, Natasya, 23. Dara manis ini tak menyangka Keraton Jogja memiliki divisi musik barat. Pada awalnya dia mengira warisan musik hanyalah gamelan klasik.

Menurutnya, hadirnya abdi dalem Musikan menjadi warna tersendiri. Terutama sudut pandang kesenian yang dimiliki Keraton Jogja. Apalagi musik yang dihadirkan berupa kolaborasi. Selain musik klasik juga beragam lagu patriotik.

“Awalnya dateng ke sini mau lihat gamelannya. Tapi ternyata ada musik mini orkestranya. Sangat menarik, apalagi pemainnya beberapa masih seumuran saya. Tambah kagum, karena semangat budaya Jawa tetap lestari,” kesannya. (dwi/laz/rg)