JOGJA – Jogjakarta boleh berbangga menjadi salah satu tujuan utama wisatawan mancanegera. Tapi tidak dalam bidang investasi. Mayoritas investasi yang masuk ke DIJ berasal dari penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Kepala Dinas Perizinan dan Penanaman Modal (DPPM) DIJ Arif Hidayat menyebut, realisasi investasi semester I 2019 di DIJ mencapai Rp 2,10 triliun. Kabupaten Kuloprogo masih menjadi penyumbang investasi terbesar. Sebesar Rp 1,61 triliun. Menurut dia, realisasi investasi pada semester pertama tahun ini meningkat drastis dari periode sebelumnya sebesar 83,31 persen atau Rp 1,14 triliun.

Sedang dari sektor penyumbang investasi terbesar, PMDN menyumbang dengan besaran Rp 1,97 triliun. “Untuk penanaman modal asing (PMA) hanya menyumbang Rp 131,27 miliar,” katanya di Kantor DPPM DIJ Rabu (21/8).

Berdasarkan capaian realisasi investasi PMA dan PMDN pada Kabupaten/Kota di DIJ, maka peringkat tiga besar terdiri atas Kabupaten Kulonprogo dengan investasi Rp 1,61 triliun, Kabupaten Sleman Rp 337,01 miliar dan Kota Jogja Rp 80,63 miliar.

Arif menambahkan, hingga saat ini realisasi investasi di DIJ masih didominasi sektor infrastruktur yang merupakan belanja pemerintah, yakni pembangunan Bandara Yogyakarta Internitional Airport (YIA). Namun, dibandingkan dengan periode Semester I tahun 2018 maka realiasi investasi menurun dengan nilai capaian Rp 6 triliun. Hal itu dikarenakan pada Semester I tahun 2019, YIA harus mengejar target operasional penuh.

”Penurunan angka realisasi investasi bila dibandingkan dengan semester I tahun 2018 dikarenakan pada periode ini, YIA melakukan penyelesaian untuk target fisik yang menunjang operasional,” jelas Arif

Dia menjelaskan, invetasi sektor konstruksi masih menjadi penyumbang terbesar dengan nilai Rp 1,60 triliun. Diikuti hotel dan restoran sebesar Rp 265,02 miliar dan perdagangan Rp 57,67 miliar. ”Realisasi investasi terbesar masih didominasi pembangunan gedung atau bangunan,” jelasnya.

Sementara itu Kepala Badan Perencanaan Pembanguan Daerah DIJ Budi Wibowo mengungkapkan, sejumlah investor telah melirik Kulonprogo terutama untuk berkontribusi dalam kawasan aetropolis. Sedikitnya empat investor yang telah melerik untuk ambil bagian. “Peluangnya ada disektor pariwisata dan pelayanan jasa perhotelan,” jelasnnya.

Sejauh ini, menurutnya masih akan ditetapkan rencana detail tata ruang (RDTR) agar investasi berjalan dengan baik. Termasuk pembagian kewenangan antara pemprov dan pemkab. (bhn/pra/er)