GUNUNGKIDUL – Ada banyak jenis usaha yang dijalankan warga Gambiran, Bunder, Patuk. Kebanyakan jenis dan sistem usaha yang diterapkan sangat mirip. Yakni, bisnis keluarga yang dikemas dengan metode bisnis murni.

Salah satu skema bisnis itu diterapkan Rudy Aryanto. Dia menjalankan usaha spesialis aksesori untuk air conditioner (AC). Dia mempekerjakan karyawan dengan pola upah harian. Sehari Rp 60 ribu. Jika lembur hitungan upah lain lagi.

Usaha perakitan alumunium tersebut dirintis sejak 2013. Tidak mendadak langsung besar. Butuh bertahun-tahun perjuangan hingga usaha menjadi mapan.

PROSPEK: Gunadi, warga Gambiran, Bunder, Patuk, Gunungkidul menunjukkan salah satu produk rakitan dari bahan alumunium Jumat (23/8). (GUNAWAN/RADAR JOGJA)

Rudy pernah bekerja menjadi tenaga pemasaran. Dia juga sempat menjadi buruh bangunan.

Dia lantas memutuskan membuka usaha. Dia memproduksi aksesori untuk AC. Bahan baku didatangkan dari Jakarta.

Kini usahanya sudah berkembang. Punya pasar yang jelas. Pemasaran dari Jogjakarta, Semarang, hingga Purbalingga. Pengiriman luar kota dilakukan menggunakan truk.

Pegawai yang bekerja tidak hanya warga padukuhan setempat. Ada pegawai yang berasal dari desa lain.

”Kami rakit menjadi aksesori AC. Bentuk dan ukuran beragam disesuaikan dengan pesananan,” kata Gunadi, pegawai.

Menurut dia, prospek bisnis perakitan alumunium menjadi aksesori AC cukup menjanjikan. Bahkan, hampir tidak ada pesaing.

”Setahu saya Jogja, Solo, Semarang tidak ada. Justru kalau order barang ke sini,” ucapnya.

Pemesan tidak hanya dari perorangan. Ada pemesan dari instansi pemerintahan. Bahkan, pesanan datang dari luar Pulau Jawa.

Khusus pasar di Gunungkidul, Gunadi menyatakan, sejauh ini masih belum disentuh. Menurutnya, masih butuh penyesuaian. ”Barang baru ya, mungkin,” selorohnya.

Dia bersyukur usaha perakitan alumunium berkembang dengan baik. Bisnis ini terbilang bisnis keluarga. Tapi, keuangan diatur dengan teliti seperti sistem perusahaan profesional.

Usaha aksesori AC hanya contoh dari geliat perekonomian di Gambiran. Ada juga usaha pengolahan biji kakau menjadi cokelat siap saji, usaha kelontong, kuliner, hingga bakul ayam.

Giman adalah warga yang menekuni bisnis olahan singkong. Saat ditemui, dia bersama keluarga sedang mengupas ketela. Di sampingnya terlihat tungku menyala siap merebus singkong.

”Usaha kecil-kecilan mau bikin tape. Kami juga membuat tempe. Kalau ada usaha, saya yakin makmur,” kata Giman. (gun/amd)