RADARJOGJA – Mesk tidak lagi menjadi kewenangan penuh dalam pengentasan buta aksara, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi DIJ terus mendorong pemerintah daerah untuk menuntaskan buta aksara. Kepala Disdikpora DIJ Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, buta aksara di wilayah DIJ masih didominiasi oleh lansia.

Oleh karena itu, program yang dapat dilakukan yakni dengan pemberdayaan dan penyediaan lapangan kerja. Itu dikarenakan program pemberantasan buta aksara bagi lansia akan ditujukan pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. “Kalau cuma diajari baca tulis dan diberi piagam, seminggu saja bisa lupa lagi. Untuk itu harus ada pemberdayaan sehari-hari,” katanya.

Aji mengatakan, jumlah masyarakat buta aksara saat ini tak sampai dua  persen dari penduduk DIJ. Namun diakui masih ditemukan daerah-daerah dengan buta aksara yang cukup signifikan, salah satunya Gunungkidul.

Pejabat yang tengah mengikuti seleksi sekprov DIJ ini mengatakan, meski tak memiliki kewenangan penuh, pemprov masih dapat mendorong pengentasan buta aksara melalui dana keistimewaan. Apalagi sasaran dari danais yakni pengentasan kemiskinan berbasis ke wilayahan.

Program-program yang bisa dijalankan yakni pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan serta penyediaan perpustakaan daerah, agar masyarakat gemar membaca. “Peran keistimewaan salah satunya memberantas buta aksara,” kata Aji.

Yang terpenting, jelasnya, pemprov fokus menjalankan instruksi dari gubernur DIJ untuk kembali sekolah bagi anak usia sekolah. Gerakan kembali ke sekolah itu dinilai cukup mampu mengikis buta aksara di DIJ. “Karena bila anak buta aksara itu diberi tempat mengenyam pendidikan, maka buta aksara akan terkikis,” kata Aji. (bhn/laz)