ISTILAH topeng tentu sudah sering kita dengar dan bukanlah hal asing di telinga kita. Topeng identik dengan tiruan wajah dari tokoh, hewan, atau makhluk lain yang terbuat dari berbagai media baik kayu, logam, kertas, plastik, dan lain sebagainya. Topeng tradisi di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta tepatnya di Desa Bobung diadopsi dari bentuk tokoh dalam cerita Panji. Legenda panji menjadi cerita rakyat yang sudah meluas di daerah Jawa bahkan nusantara. Cerita panji yang umumnya kita dengar bercerita tentang kisah percintaan antara tokoh Panji Asmarabangun dan Dewi Sekartaji. Selain topeng di Desa Bobung, Gunung Kidul, cerita panji ternyata juga di transformasi dalam seni budaya wayang beber.
Berbicara topeng panji, dahulu topeng di Gunung Kidul ini difungsikan sebagai tarian maupun upacara ritual adat jawa. Topeng panji dianggap sebagai benda sakral sehingga tidak sembarangan orang boleh membuat topeng panji, artinya hanya dapat dibuat oleh empu atau ahli yang memiliki garis keturunan tertentu. Konon menurut keterangan salah satu masyarakat Desa Bobung, pembuatan topeng panji dilakukan di tempat yang suci, tertutup, dan tidak boleh seorang pun melihat proses pembuatanya. Bila ada orang yang datang dan melihat, sebaiknya empu memberhentikan proses pembuatanya. Dampaknya topeng panji selain memiliki nilai filosofi juga sangat memiliki nilai prestis yang tinggi. Masyarakat Desa Bobung menyebutkan bahwa satu topeng pada masa itu bila di jual harganya setara dengan puluhan hingga ratusan gram emas.
Pelestraian seni tradisi topeng panji berdasar garis keturunan ternyata berdampak kurang baik pada perkembangan seni budaya lokal tersebut. Perkembangan teknologi dan informasi juga menambah buruk keadaan seni lokal topeng panji. Seni budaya dianggap kurang relevan di era berbasis teknologi seperti saat ini. Topeng sebagai seni pertunjukan sudah kalah dengan media seperti Radio, TV, dan Internet.
Gebrakan baru dilakukan masyarakat Desa Bobung dalam rangka pelestarian seni lokal topeng. Topeng tidak lagi dibuat oleh orang keturunan tertentu dan bentuk topeng dibuat berbeda dengan mengkombinasikan unsur seni lain. Kebutuhan masyarakat tidak lagi bergantung pada sentra pertanian dan perkebunan. Industri kerajinan menjadi pemenuhan kebutuhan ekonomi yang penting di desa Bobung. Hingga saat ini dapat kita tahu bahwa sentra industri kerajinan di Desa Bobung adalah industri kerajinan besar dan terkenal baik dalam dan luar negeri. Kerajinan yang di produksi disini merupakan kerajinan kayu yang do kombinasikan dengan seni batik.
Topeng menjadi salah satu kerajinan yang di kembangkan di Desa Bobung. Topeng yang dulunya berbentuk dan berwarna pakem sekarang telah di kombinasikan dengan motif batik. Motif batik yang digunakan tentu juga motif khas Jawa seperti batik kawung, truntum, sido mukti, sido luhur, parang, lereng dan masih banyak lagi.
Proses pembatikan hampir sama dengan proses dalam membatik di kain, bedanya hanya pada bahan yang dibatik yang berupa kayu. Inovasi masyarakat desa bobung tidak hanya pada pengkombinasian topeng dan batik. Topeng dibuat dengan model-model unik bahkan dipadukan dengan kerajinan fungsional. Hal itu tentu akan menambah nilai seni dan nilai ekonomis yang tentunya akan laku dipasar. Pangsa pasar perajin di desa ini tidak diragukan lagi, sudah berkelas nasional bahkan mancanegara.
Pelestarian budaya lokal dengan pengembangan menjadi produk kreatif ternyata tetap terjadi pro dan kontra antara generasi muda dan generasi tua. Generasi muda mengganggap bahwa inovasi, pengkombinasian, dan pengembangan akan menjadikan seni tradisi topeng tetap terlestari dan dikenal masyarakat luas. Namun demikian generasi tua menghendaki bahwa melestarikan budaya itu hendaknya menjaga agar tetap pada kondisi semula dan tidak merubah apapun agar nilai yang terkandung di dalamnya tidak berubah. Namun seiring bergulirnya waktu tidak dapat dipungkiri suatu budaya akan mengalami perubahan karena faktor dan pengaruh luar yang terus mengalir.
Perubahan fungsi menjadi dampak menonjol akibat perubahan kebudayaan. Dahulu topeng hanya berupa penutup waja h yang digunakan dalam tarian atupun ritual. Namun sekarang topeng telah menjadi komoditas ekonomi yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain topeng yang akan terus dikenal masyarakat, pengkombinasian dengan seni lain seperti batik akan bermanfaat dalam pelestarian batik sendiri sebagai warisan luhur. Motif batik yang agaknya mulai dilupakan generasi sekarang akan dapat dikenal melalui kreatifitas masyarakat dalam memadukanya dengan seni budaya lain. Hal itu tentu menjadi strategi yang sangat efektif dan efisien dalam rangka mempertahankan identitas bangsa melalui budaya lokal. Campur tangan pemerintah sangat diperlukan sebagai pendukung dan pendorong pergerakan masyarakat dalam usaha melestarikan budaya.
Selain industri kerajinan topeng kayu yang berkembang pesat, di Desa Bobung juga masih ada seni pertunjukan topeng klasik yang di gelar setiap hari-hari tertentu. Komitmen masyarakat desa Bobung akan pelestarian dan pengembangan seni budaya lokal mengakibatkan desa tersebut mendapat label desa wisata. Dengan kerjasama antara masyarakat dan pemerintah, desa Bobung dibangun fasilitas dan hal lain agar desa dapat berkembang dan dapat menarik wisatawan luar. Banyak masyarakat yang datang ke desa tersebut baik masyarakat sekitar bahkan tourist mancanegara sering datang ke desa tersebut. Mereka datang untuk menyaksikan secara langsung proses pembuatan kerajinan topeng batik kayu, tari topeng, bahkan membeli produk-produk kerajinan batik kayu di desa tersebut. Banyak juga dosen, peneliti, dan pengabdi yang datang ke desa Bobung.
Mereka datang untuk bekerja sama sebagai mitra dalam proyek penelitian dan pengabdian dari perguruan tinggi tertentu salah satunya dari Universitas Sebelas Maret. Hal tersebut menjadi angin segar bagi masyarakat untuk bekerjasama dengan para pakar dan ahli untuk mengembangkan produk, seni budaya, dan lain sebagainya yang berkaitan SDM dan SDA di desa Bobung. (ila)
*Penulis merupakan gabungan dari Slamet Subiyantoro, Susilaningsih, Dwi Maryono, dan Yasin Surya Wijaya.