Kanker serviks muncul di leher rahim wanita. Hampir semua kasus kanker serviks disebabkan virus human papiloma virus (HPV).  Kanker serviks banyak menimbulkan kematian pada wanita.

Data Kementerian Kesehatan RI pada  31 Januari 2019, kasus kanker serviks sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk. Prevalensi kanker tertinggi adalah Provinsi DIJ sebanyak 4,86 per 1000 penduduk.

Tingginya kasus kanker serviks di Indonesia membuat Badan Kesehatan Dunia (WHO) menempatkan negara kita dengan jumlah penderita kanker serviks terbanyak di dunia. Ironisnya, 80 persen penderitanya datang dalam stadium lanjut. Sebanyak 94 persen pasien dari kasus tersebut meninggal dalam dua tahun.

Di tahap awal, wanita dengan kanker serviks sulit mengenali gejalanya. Kanker serviks tahap awal atau pre-kanker hampir tidak menunjukkan  gejala-gejala serius. Bahkan gejala baru diketahui setelah adanya pertumbuhan tumor di leher rahim.

Saat HPV masuk ke tubuh perempuan, menghasilkan dua jenis protein berbahaya. Yakni E6 dan E7. Kedua protein ini bisa menonaktifkan gen tertentu yang bertugas menghentikan perkembangan tumor.

Selain menonaktifkan gen pelindung tumor, kedua protein juga memicu pertumbuhan sel dinding rahim secara agresif. Ini menyebabkan perubahan gen. Mutasi gen ini akhirnya menjadi penyebab kanker serviks berkembang.

Gejala kanker serviks berupa pendarahan dari vagina yang tidak normal. Misalnya seperti perdarahan di luar periode menstruasi, perdarahan setelah berhubungan seks atau setelah menopause. Nyeri di perut bagian bawah atau panggul, mengalami kelelahan yang berlebihan dan  perubahan jadwal buang air besar (BAB). Kemudian nyeri saat berhubungan seks dan keputihan yang tidak normal.

Menurut para ahli pola makan dengan banyak antioksidan, karotenoid, flavonoid, dan folat yang ada di buah-buahan dan sayuran dapat membantu tubuh memerangi dan mencegah infeksi HPV. Pencegahan lainya dengan imunisasi HPV.

Vaksin HPV efektif mencegah infeksi HPV jika diberikan sebelum seseorang terpapar virus. Ini berarti sebelum aktif secara seksual. Vaksin HPV merangsang tubuh membentuk antibodi yang di kemudian hari melawan virus jika tubuh terpapar dan mencegah virus menginfeksi sel.

Efektivitas vaksin ini melebihi 90 persen dalam mencegah infeksi penyakit akibat HPV. Keberhasilan imunisasi ini mencapai 100 persen jika diberikan dua dosis untuk anak perempuaan di usia 9-13 tahun .

Di Kabupaten Gunungkidul dan Kulonprogo sudah melaksanakan demonstrasi program imunisasi HPV pada 2017. Sedangkan Kabupaten Bantul, Sleman dan Kota Jogjakarta dilaksanakan tahun ini. Yakni Agustus lalu untuk HPV dosis 1 untuk kelas 5. Berikutnya pada November untuk HPV dosis 2 untuk kelas 6.

Imunisasi ini diberikan secara gratis oleh pemerintah untuk siswi kelas 5 dan 6 SD. Baik terdaftar di sekolah formal (negeri/swasta), nonformal (homeschooling dan kejar paket) maupun yang putus sekolah dalam kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yang dilaksanakan setiap Agustus.

Karena pentingmya imunisasi ini pemerintah memberikan pelayanan maksimal bagi para siswa yang tidak masuk sekolah saat pelaksanaan BIAS. Mereka bisa memperoleh imunisasi HPV di puskesmas  terdekat dengan menunjukkan surat pengantar dari sekolah. Ayo lengkapi imunisasi rutin pada anak usia sekolah melalui BIAS. (***/tif)