RADAR JOGJA – Generasi milenial patut berbangga. Saat ini banyak anak muda yang berkiprah di dunia politik. Adanya wakil dari generasi milenial ini tentu menjadi angin segar. Sebab, akhirnya ada yang paham dengan kondisi anak muda dan berupaya  menggandeng  untuk memajukan pembangunan.

Dokter Raudi Akmal, salah satunya. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sleman periode 2019-2024 dari PAN ini satu dari sekian pemuda yang dipilih masyarakat Sleman. Mengawali masa kerjanya, berbagai tantangan dihadapkan.

Kehadirannya di kursi parlemen salah satunya untuk menyuarakan aspirasi dari generasi muda. “Saat ini kan era terbuka, persaingan juga ketat, anak muda atau generasi milenial ini punya peran penting untuk memajukan Sleman,” kata pemuda kelahiran 1 September 1995 ini.

Anak muda, kata dia, punya potensi yang luar biasa. Terutama di Sleman. Menurutnya anak muda Sleman bisa melakukan apa saja. Ditambah ada wakil dari generasi milenial di dewan yang bisa menyuarakan aspirasi mereka.

Raudi mencontohkan, perkembangan dalam industri kreatif pada era digital ini kian masif. Dia mengajak kepada anak muda untuk bisa memanfaatkan perkembangan teknologi tersebut.

“Sekarang banyak muncul startup, nanti kami dorong agar perkembangan startup itu banyak di Sleman,” kata anak terakhir dari tiga bersaudara itu.

Dia mengatakan, persaingan yang ketat ini menuntut inovasi dan kreasi. Generasi milenial harus paham akan hal itu. “Kami upayakan untuk membuat pemuda Sleman itu lebih kreatif,” paparnya.

Pemuda yang juga menyandang gelar dokter itu optimistis hal itu dapat terwujud. Sebab, di Sleman fasilitas yang dapat digunakan generasi milenial untuk berkreasi cukup banyak.

Salah satu contohnya yaitu Sleman Crative Space. Tempat tersebut dapat digunakan anak muda untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang animasi. “Namun tidak menutup kemungkinan bisa digunakan untuk apa pun,” jelasnya.

Belum lagi sektor industri UKM yang mana jumlahnya di Sleman mencapai puluhan ribu. Anak muda bisa masuk dan mengelola hal itu menjadi salah satu startup bisnis. “Tentunya dengan melibatkan masyarakat,” katanya.

Cara tersebut, menurutnya, efektif untuk meningkatakan taraf hidup masyarakat. Karena dalam satu usaha membutuhkan tenaga kerja. Artinya membuka peluang kerja bagi masyarakat.

Dari situ, ada proses belajar. Tidak menutup kemungkinan, tenaga kerja yang telah lama bekerja dan dengan ilmu yang diperoleh akhirnya membuka peluang bisnis baru. “Jadi kesenjangan ekonomi hilang,” katanya.

Menurutnya, hal ini akan berdampak positif. Karena nantinya persaingan bisnis berupa tarung ide dan kreativitas. “Nanti kembali ke pribadi masing-masing. Tapi akan kami dampingi,” terangnya.

Lebih lanjut, salah satu langkah nyata yang telah dia lakukan yaitu pengembangan desa wisata. Di daerah Sempu, Wonokerto, Turi, yang saat ini telah menjadi desa wisata mandiri.  “Dulu wahananya hanya tubing. Kalau kemarau tidak ada wahana, memang kalau ada airnya bagus, tapi masa iya hanya mengandalkan satu itu saja,” kata politikus asal Jaban, Tridadi, Sleman, ini.

Kejeliannya lantas membuat potensi lain dari desa itu bisa tergarap. Lahan kebun salak akhirnya dimodifikasi menjadi wahana outbound yang menarik. “Outbond ini juga harus beda dari yang lain,” tuturnya.

Tidak sampai di situ, langkah selanjutnya meningkatkan digital marketing. Caranya dengan menulis review tempat dan diviralkan agar memancing rasa penasaran dari masyarakat luas. “Sesuatu yang viral itu perlu dalam era digital ini,” ujarnya.

Pemuda, lanjutnya, diharapkan punya rencana. Serta jeli dalam memanfaatkan setiap keadaan. Sehingga potensi desa wisata bisa semakin bervariatif dan memiliki daya tarik masing-masing. Dia juga menegaskan siap untuk mengupayakan penambahan anggaran untuk pos-pos yang berkaitan dengan kreativitas generasi milenial.

“Optimistis dengan pemuda Sleman dan saya meminta kepada generasi pemuda berpikir 10 kali lebih kritis dan maju dari yang lain,”  tandasnya. (*/har/laz/tif)