RADAR JOGJA – Menikmati indahnya hutan pinus, segarnya udara pegunungan dan alunan musik plus banyolan menjadi menu pagelaran Lolafest di hutan Pinus Mangunan, Dlingo, Bantul. Acara bertema “Love & Laugh TogetGERR FORester” berlangsung pada Sabtu (12/10). Kegiatan yang mendapatkan dukungan Dinas Pariwisata DIY digelar dalam dua sesi.
Show pertama mulai pukul 14.00 hingga 17.30. Dilanjutkan show kedua pada pukul 19.00 hingga pukul 22.30. Penampilan pertama dimulai musik humor Sastro Moeni. Grup musik berusia lebih dari 30 tahun langsung mengocok perut pengunjung. Sastro Moeni didirikan sejumlah mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM. Di awal acara penampilan terkesan serius.
Namun begitu menyanyi penonton dibuat tertawa terpingkal-pingkal. Lirik lagu yang dibawakan digabung-gabung sehingga terdengar lucu. Atau lagu yang dinyanyikan selang-seling antarsatu lagu dengan lagu lainnya.
Grup musik humor kedua adalah Kelompok Suara Ratan. Tak jauh berbeda dengan Sastro Moeni, Suara Ratan juga membuat penonton tertawa terbahak-bahak. Suara Ratan memadukan musik dan banyolan. Kekuatan Suara Ratan lebih banyak pada dialog.
Parade musik humor juga menampilkan The Produk Gagah, Extrava Gongso dan Sri Redjeki. Jalannya acara dipandu sejumlah MC kondang seperti Anang Batas, Alit Jabang Bayi dan Aat.
Show ke dua lebih heboh lagi. The Dagelan Show menampilkan sejumlah pelawak Jogja seperti Marwoto, Joned, Wisben, Yu Beruk, Dibyo, Aldo Iwak Kebo dan Sugeng Iwak Bandeng. Acara makin meriah dengan penampilan bintang tamu Cakra Khan dan Ade Govinda.
Bram Widiastama, pengunjung asal Klaten mengaku sengaja datang ke Hutan Pinus Mangunan dengan membawa anak dan istrinya. Mereka sengaja menikmati liburan akhir pekan. Sekaligus menyaksikan Lolafest. “Ada suasana yang berbeda. Kami sangat terhibur,” ujarnya.
Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata Dinas Pariwsata DIY Aria Nugrahadi ikut menyaksikan acara tersebut. Di sela acara, Aria mengatakan, tren wisatawan dewasa ini perlu dikenalkan dengan destinasi-destinasi wisata baru. Destinasi yang sudah ada terus dikembangkan. Salah satunya dengan membuat panggung-panggung terbuka.
“Setiap pengembangan destinasi baru ada panggung terbuka. Contohnya di Hutan Pinus Mangunan, Tebing Breksi Prambanan, Sleman dan Nglanggeran, Patuk Gunungkidul” terangnya.
Berbicara pariwisata tak dapat lepas dari atraksi dan budaya. Dari dua hal itu, Jogja punya banyak potensi. Aria menyebut, acara semacam Lolafest mulai bisa diterima masyarakat. Mereka tak lagi merasa jauh mendatangi lokasi pentas. Aria memberi contoh pentas musik Keroncong Plesiran di Nglanggeran yang digelar belum lama ini. Jumlah penontonnya bisa menembus 1.700 orang.
Padahal lokasinya cukup jauh dari pusat Kota Jogja lantaran berada kawasan Gunung Purba Nglangeran, Patuk, Gunungkidul. “Ke depan kami akan gandeng dunia usaha dan swasta. Pemerintah hanya merintis saja. Setahun kami adakan 3-4 kali untuk acara seperti ini. Alhamdulillah trennya positif,” ucapnya.
Penggiat Wisata Mangunan Purwo Harsono mengatakan, pentas di panggung terbuka akan digiatkan. Tak sebatas pentas musik. Pagelaran seni tradisional lokal juga diberi kesempatan pentas secara periodik. “Sekarang masih tahap uji coba. Ke depan kami atur jadwalnya. Wisatawan tak hanya menikmati keindahan alam, namun juga kekayaan budaya Mangunan dan sekitarnya,” terang Ipung, sapaan akrabnya. (kus)