RADAR JOGJA – Jelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih 2019-2024, Polda DIY menjamim keamanan wilayah DIY. Termasuk usai Mabes Polri berhasil menguak jaringan teroris Jamaah Ansharut Daullah (JAD). Pimpinan Abu Zee yang berencana meledakkan bom di Jogjakarta dan Solo untuk amaliyah.

Hal itu terungkap setelah adanya penangkapan terhadap Syahrial Alamsyah (SA) alias Abu Rara. Pria yang menusuk Menko Polhukam Wiranto. Abu Zee merupakan tersangka kasus tindak pidana terorisme yang diamankan Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror di Bekasi pada 27 September 2019 lalu. Bersama delapan tersangka teroris JAD lainnya. Berdasarkan informasi yang dihimpun,  jaringan Abu Zee sudah memiliki rencana matang. Untuk melakukan amaliyah bom bunuh diri di Jogjakarta dan Solo.

Jaringan ini telah mempersiapkan salah seorang anggota Polwan dari Polda Maluku yaitu Bripda Nesti Ode Samili, 23. Sebagai pengantin atau suicide bomber. Namun, beberapa waktu lalu Tim Densus 88 Anti Teror berhasil menangkap Bripda Nesti saat berada di Jogjakarta setelah sebelumnya buron dan menjadi DPO.

Kabid Humas Polda DIY Kombes Pol Yuliyanto saat dikonfirmasi membenarkan hal tersebut. Dia mengatakan memang ada penangkapan terduga teroris di Jogjakarta. “Sekarang sudah di tangani oleh densus,” kata Yuliyanto saat dikonfirmasi kemarin (15/10).

Lebih lanjut, Yuliyanto mengatakan  jajaran personel Polda DIY melakukan langkah-langkah strategis. Untuk menjamin situasi wilayah agar tetap aman dan kondusif. “Tapi kami tidak bisa membeberkan langkah itu. Yang jelas kami akan menjamin keamanan wilayah,” ujarnya.

Dia meminta agar masyarakat tidak resah dan tetap waspada. Jika ada hal-hal yang mencurigakan, Yuliyanto meminta agar masyarakat tidak ragu untuk melapor. “Bisa telfon ke (0274)110,” terangnya.

Dari periode 10-14 Oktober 2019, Tim Densus 88 Antiteror telah mengamankan 22 tersangka tindak pidana terorisme jaringan Abu Zee. Rencana penyerangan teror disampaikan anggota JAD di Jawa Tengah (Jateng) kepada Abu Zee. Sementara kelompok Abu Zee di Bekasi telah bersiap melakukan aksi teror di Ibu Kota.

Sementara itu, Kapolda DIY Irjen Pol Ahmad Dofiri kapasitas Polda DIY hanya membantu tugas dari Densus 88 Anti Teror. Penanganan dan penangkapan tetap dilakukan oleh Densus. Lebih lanjut, jenderal bintang dua itu mengatakan siapa saja bisa terpapar paham radikal. Tidak terkecuali di tubuh polisi. Paham radikal, kata dia, pada dasarnya bisa masuk ke setiap lapisan, baik institusi ataupun masyarakat.  “Penyebaran paham (radikal) bisa merangsek ke mana-mana. Tak hanya ke masyarakat, di lingkungan kita (Polri) juga sama,” terangnya.

Sebagai langkah antisipasi agar tidak ada paham radikal yang menjalar di anggota Polda DIY, jenderal bintang dua itu menyebut telah melakukan upaya pencegahan. Salah satunya adalah dengan Santiaji Pancasila atau penghayatan dan pengamalan Pancasila yang dilakukan setiap minggu. “Tak hanya ke masyarakat, di lingkungan polda juga sama termasuk di asrama. Kami sampaikan agar mereka tidak terpapar dan tidak terpengaruh (paham radikal),” jelasnya. (har/pra)