RADAR JOGJA – WMP Jogjakarta merasa bangga dan bahagia atas terpilihnya peneliti utamanya, Prof Adi Utarini sebagai salah satu penerima Habibie Award 2019. Guru besar UGM yang memiliki kepakaran di bidang kesehatan masyarakat ini menyabet Habibie Award 2019 di bidang ilmu kedokteran dan bioteknologi.

Medali penghargaan yang bergengsi tersebut diserahkan langsung oleh Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Prof Dr Ir  Satryo Soemantri Brodjonegoro di Hotel Le Meridien, Jakarta pada 12 November 2019.

Seperti diketahui setiap 12 November diperingati sebagai Hari Kesehatan Nasional (HKN). Tahun ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengambil tema “Generasi Sehat Indonesia Unggul.” Tema tersebut diangkat sebagai pengingat publik bahwa derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya akan terwujud apabila semua komponen bangsa terlibat aktif dalam berbagai upaya di bidang kesehatan.

Sebagai salah satu komponennya, civitas akademika turut terlibat dalam upaya-upaya di bidang kesehatan tersebut. World Mosquito Program (WMP) Jogjakarta sebagai penelitian yang dilaksanakan oleh Pusat Kedokteran Tropis (PKT) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan dukungan pendanaan dari Yayasan Tahija memahami betul hal tersebut.

”Penghargaan tersebut merupakan pengakuan ilmiah yang objektif dan sangat membanggakan bagi WMP. Penghargaan ini akan membesarkan hati dan memantapkan langkah seluruh tim WMP ke tahap implementasi di tahun 2021,” ucap Prof Uut, panggilan akrabnya usai menerima penghargaan.

Bagi WMP, momentum HKN tahun ini juga terasa spesial. Beberapa waktu yang lalu, WMP Jogjakarta telah melakukan analisis sementara implementasi teknologi Aedes aegypti ber-Wolbachia untuk pengendalian vektor dengue. Analisis tersebut menunjukkan arah yang positif bahwa terdapat penurunan kasus demam berdarah dengue (DBD) di wilayah pelepasan Wolbachia dibandingkan dengan wilayah pembanding. Adapun data kasus tersebut berasal dari data surveilans pasif Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta sebelum dan setelah pelepasan Aedes aegypti ber-Wolbachia.

Namun hasil midterm studi implementasi tersebut belum merupakan kesimpulan akhir penelitian. Hasil akhir dari studi ini diharapkan diperoleh pada 2020. Sepanjang perjalanan penelitian ini, WMP selalu meyakini bahwa metode Wolbachia sebagai komplementer dari usaha-usaha pengendalian DBD yang sudah berjalan selama ini. Baik di wilayah pelepasan nyamuk ber-Wolbachia maupun pembanding, pesan untuk selalu menjalankan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) melalui 3M plus senantiasa turut digaungkan. (ila)