TAK diduga ternyata di luar sana tak sedikit juga yang mengira bahwa film ini fiksi murni macam film balap Fast & Furious. Tentu sekali, bukan! Film ini berdasar kisah nyata yang sebetulnya tak terlalu menyoroti persaingan bisnis Ford dengan Ferrari, melainkan lebih ke menceritakan banyak hal melalui kolaborasi dua sosok karakter utamanya: Shelby dan Miles.

Dibintangi oleh Matt Damon (memerankan Shelby) dan Christian Bale (Miles), dua karakter utama ini terasa hidup buatku. Shelby yang seorang desainer otomotif ditantang perusahaan Ford untuk dalam waktu sekejap yang nyaris mustahil dapat mendesain mobil balap yang menyaingi kedigdayaan Ferrari di sirkuit balap.

Tahun 1966 menjadi set klimaks film ini yang mana ada cerita bersejarah atas Ford dan Ferrari dalampersaingan balap 24 jam di sirkuit Le Mans. Miles seorang mekanis sekaligus pembalap yang merupakan sahabat Shelby menjadi salah satu pembalap dari Ford di ajang itu. Di pundak sepasang sahabat yang tensi hubungannya naik-turun ini, Ford mempertaruhkan modal superbesar sekaligus reputasinya.

Yang membuat saya tertarik menonton film ini, meski tak paham apa-apa tentang dunia perusahaan otomotif adalah sutradaranya, James Mangold, yang telah melahirkan WALK THE LINE dan LOGAN. Setelah menonton keduanya, saya merasakan ada kualitas sinematik di tangannya. Ternyata, intuisi saya ini bisa dipercaya. Lewat film ini, saya pikir Mangold mulai masuk lingkar agak dalam strada yang saya nanti-nantikan karyanya. Kenapa begitu?

Pertama, dia tak gentar memainkan durasi yang panjang di film ini untuk menampilkan semua potensi yang bisa dipamerkan dari skrip film ini. Ada sisi dramanya yang bagi tipe penonton suka film waton njebluk bakal jemu tapi perlu ada, ada elemen desain produksi yang berhasil membangun dunia sinematik untuk rekonstruksi suatu momen historis, ada penekanan skrip yang menyentil sisi politis hipokrit korporasi. Ada adegan balap yang ditampilkan lewat pendekatan konvensional bukan manuveristik kosmetikal tapi tetap bikin adrenalin berdesir, dan yang menyelimuti semua adalah kehangatan emosi manusiawinya yang komplet, yang mencakup lingkar keluarga, kolega, dan sahabat.

Terbaca gado-gado bukan? Lepas menonton film ini, saya merasa terbawa untuk ikut-ikutan tancap gas kendaraanku. Tancap/tarik gas menuju ke tempat di mana orang-orang tersayang berada karena film ini cukup mengingatkan kembali bahwa keluarga dan sahabat adalah pihak yang senantiasa membuat kita tetap merasa sebagai juara yang sebenarnya meski sedang dicurangi. (ila)

*Penulis adalah penggemar film dalam negeri dan penikmat The Chemical Brothers yang bermukim di Jogja Utara serta pemenang Nonbar Giveaway Radar Jogja x 20th Century Fox Indonesia.