RADAR JOGJA DIGITAL – Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR Sugiyartanto menjamin Yogyakarta International Airport (YIA) memiliki akses interkoneksi, dengan adanya rencana jalan tol Jogjakarta Cilacap dari sisi barat. Sementara di sisi timur dari Bawen-Jogjakarta, Solo-Jogjakarta-YIA dan jalur jalan pantai selatan.
Fokus infrastruktur pendukung YIA masuk dalam empat prioritas. Berupa program jangka pendek untuk mendukung operasional YIA. Program ini juga selaras dengan menghubungkan simpul transportasi antarmoda.
“Fokus kami selain akses baru juga optimalisasi jalur yang lama. Berupa pelebaran sejumlah jalan atau akses yang menuju kawasan YIA,” jelasnya, Sabtu (14/12).
Dia mencontohkan pelebaran jalan akses jalan sisi utara YIA yang berlangsung sepanjang 1,5 kilometer. Tepatnya dari ruas jalan Km 39 hingga Km 40 dari arah Purworejo hingga Jogjakarta.
Pelebaran jalan juga menyasar dua ruas jalan lainnya. Paket pertama rehabilitasi mayor dan pelebaran jalan Sentolo-Dekso-Klangon sepanjang 26 kilometer. Tahun penanganan proyek berlangsung sejak 2018.
“Paket kedua adalah jalan Sentolo-Nanggolan-Dekso sepanjang 6 kilometer. Tahun penanganan masih 2020. Kedua ruas jalan ini berstatus jalan provinsi. Inti pelebaran adalah memenuhi standar keselamatan dan kenyamanan berkendara,” katanya.
Sugihartono menuturkan proyek pembangunan tak sekadar demi bandara. Jangka panjangnya juga wajib melihat dampak bagi masyarakat. Terutama untuk menaikan taraf ekonomi warga di sepanjang jalur pembangunan. Salah satunya adalah dampak ke dunia pariwisata. Proyek jalan pantai selatan dan exit tol Jogjakarta-Cilacap turut memuat potensi. Berupa integritas bersama warga dan pemerintah daerah setempat.
“Exit tol Jogjakarta Cilacap itu di Borobudur. Lalu yang arah Solo itu di Prambanan, masih ada jalur pantai selatan yang di sepanjang garis pantai Bantul. Ini semua memuat potensi yang bisa diolah. Bagaimana wujud kolaborasi tentu harus ada keaktifan seluruh pihak,” ujarnya.
Direktur Pemasaran dan Pelayanan PT Angkasa Pura I Devi Suradji optimistis YIA akan menjadi bandara yang optimal. Terutama bagi jalur penerbangan internasional. Walau begitu tetap perlu moda transportasi dan akses pendukung untuk menuju bandara tersebut.
Itulah mengapa dia mendorong agar lintas instansi keroyokan menggarap YIA. Mulai dari kebijakan publik hingga infrastruktur pendukung. Seperti keberadaan moda transportasi pendukung. Berupa kereta api, shuttle bus hingga keberadaan jalan tol dan jalan umum.
“Sesuai target, bandara operasional maksimum akhir Maret 2020. Seluruh rute penerbangan kecuali ATR dipindahkan dari Adisutjipto menuju YIA. Pembangunan fisik sudah hampir rampung. Nah infrastruktur dan kebijakan publik pendukung juga harus sudah siap,” jelasnya. (dwi/tif)