RADAR JOGJA – Jogja dikenal sebagai kota kesenian yang selalu menyediakan tempat agar berbagai macam seni tetap hidup, salah satunya seni lukis. Sejak 1990-an, bertempat di Alun-Alun Kidul para pelukis jalanan membuka tempat untuk lukis wajah on the spot dengan tarif sukarela.

Setiap hari mulai dari pukul 19.00 hingga 01.00 WIB, para pelukis Jogja mampu melukis lebih dari 20 sket wajah. Satu lukisan biasanya memakan waktu sekitar 10-15 menit. Pengunjung hanya perlu duduk manis, kemudian para seniman ini mulai melukis menggunakan pensil kaca pada media kertas gambar.

Pelukis wajah Waluyo mengungkapkan, dia dan rekan-rekannya memasang harga sukarela untuk sekali lukis wajah. Mereka tak pernah menargetkan pengasilan yang didapat. Penting baginya untuk terus menghidupkan seni, terutama di Jogja.

”Biasanya orang kasih Rp 10 ribu hingga Rp 50 ribu, karena kami memang membukanya secara sukarela. Nanti uang yang kami dapat, dibagi rata,” ungkap pria asal Paliyan, Gunungkidul ini.

Selain berkarya di Alun-Alun Kidul, setiap Minggu mereka membuka lapak lukis wajah di Sunday Morning UGM depan Polsek Bulaksumur. Para seniman ini juga sering ikut dalam berbagai pameran sesama komunitas lukis di Jogja. Lukisan on the spot yang paling banyak dikumpulkan yaitu 100 lukisan saat event Pasar Kangen, Jogja.

Pengunjung juga bisa memesan melalui Whatsapp, dengan cara mengirim foto yang ingin dilukis. Kemudian, pada hari berikutnya lukisan sudah dapat diambil. Untuk lukisan yang digarap di rumah sebab pengerjaannya lebih detail.

Tak hanya berkarya di bidang lukis, Waluyo juga mengelola sebuah sanggar seni di Gunungkidul bernama Sanggar Kahuripan. Berbagai kesenian seperti teater, musik, tari, dan lukis ia ajarkan pada anak-anak SD hingga SMP. (om1/ila)