RADAR JOGJA – Tokoh kethoprak lawas Bondan Nusantara mendukung adanya konsep regenerasi. Sosok yang ahli dalam menulis naskah lakon ini justru mendorong generasi muda turut andil. Bahkan Bondan tak membatasi ruang gerak dalam berkarya.

Menurutnya, setiap generasi memiliki pakem budayanya sendiri. Dia mengakui bahwa tak selamanya pelestarian tradisi harus dengan cara yang tradisional. Justru pengembangan mampu melestarikan dan mengenalkan ragam kekayaan tradisi.

”Seperti naskah, mau dipinjam monggo. Dibikin seperti apa, dikurangi atau ditambau silahkan saja. Memberikan keleluasaan kepada generasi muda. Justru ini membuat mereka kreatif dengan mengembangkan diri sendiri,” jelasnya ditemui di Gedung Societet TBY, Rabu malam (8/1).

Bondan memiliki konsep unik dalam melestarikan seni dan budaya. Langkah paling awal adalah melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Baik sebagai seorang penulis naskah, sutradara, pemain, pengrawit hingga tim produksi.

Menurutnya, proses pembentukan SDM jauh lebih efektif. Ini karena ada keberlanjutan dan proses. Sehingga tak terkesan sebagai sebuah seremonial semata. Selama pembentukan SDM ini, kualitas akan berkembang dan terbentuk.

“Kalau hanya suntikan dana untuk tampil itu nggak cukup. Sudah saatnya fokus di SDM dulu. Memang butuh proses panjang tapi kualitasnya teruji,” katanya.

Bondan mengaku bangga melihat proses berkenesian generasi milenial. Ada wujud kolaborasi dalam setiap pertunjukan mereka. Mulai dari pendalaman penokohan hingga permainan teknologi. Cara ini mampu memberikan sudut pandang baru terhadap kesenian tradisi.

Menurutnya setiap generasi berhak menentukan arah berkesenian. Bahkan berhak menabrak pakem yang sudah ada. Bagi Bondan, pakem adalah sebuah tonggak zaman. Artinya setiap jenjang zaman berhak memiliki pakem yang berbeda.

”Kethoprak itu milik siapa saja bukan hanya generasi senior. Mau dibawa dengan gubahan apa itu monggo saja. Pakem generasi dulu dan sekarang tentu beda karena dinamis mengikuti zamannya. Bukan potret satu masa waktu tertentu,” ujarnya. (dwi/ila)