RADAR JOGJA – Cuaca ekstrem yang terjadi saat ini berdampak pada turunnya produktivitas tanaman cabai. Salah satunya di Kecamatan Sanden, Bantul.
Suti, 53, salah seorang petani cabai rawit di wilayah itu mengungkapkan, sebagian lahan pertanian cabai memang sudah tak lagi produktif. Itu karena saat ini adalah periode terakhir tanam cabai. Sehingga, sebagian besar tanaman cabai yang sudah berusia tua. Hal itu kemudian berdampak pada kuantitas cabai yang dihasilkan. “Karena tanamannya tua jadi hanya bisa dipanen beberapa kilo saja. Tidak sampai puluhan kilo,” katanya, Jumat (10/1).
Meskipun produktivitas turun, dia bersyurkur kalau harga jual cabai untuk saat ini terbilang cukup tinggi. Dikatakan, untuk satu kilogram cabai miliknya dihargai Rp 34.000. Angka ini naik dari harga normal Rp 22.000.
Turunnya produktivitas di kalangan petani ini berdampak pada harga di pasaran. Salah satu pedagang sayuran di Pasar Bantul Ipah,60 mengungkapkan, tingginya harga cabai rawit rawit ini sudah terjadi sejak seminggu kemarin. Kenaikan disebut mencapai hampir dua kali lipat. “Seminggu kemarin harganya Rp 35.000. Sekarang sudah Rp 60.000,’’ ujarnya.
Menurut dia, tingginya harga sudah terjadi di tingkatan tengkulak. Kondisi itu tentunya cukup dikeluhkan.P enjual sayur asal Sewon ini mengaku harus merogoh kocek lebih dalam untuk kulakan. Dia tingkatan tengkulak satu kilogram Rp 55.000 hingga Rp 57.000. “Jadi jualnya di kisaran Rp.60 ribu, saya tidak berani ambil untung banyak-banyak,” katanya.
Selain cabai rawit rawit, kenaikan juga terjadi pada komoditas cabai keriting. Saat ini harganya menyentuh Rp 42.000. Naik cukup banyak dari harga sebelumnya Rp 30.000.
Lebih lanjut, meskipun harga cabai rawit sedang meroket. Ipah menyatakan bahwa permintaanya masih normal. Dalam sehari dia mampu menjual sebanyak 7 sampai 10 kilogram. Sama seperti ketika harga normal.
Kepala Seksi Distribusi dan Harga Bahan Kebutuhan Pokok Dinas Perdagangan Kabupaten Bantul Zuhriyatun Nur Handayani mengatakan, penyebab kenaikan harga karena ada pengaruh musim. Sehingga stoknya cenderung sedikit, permintaannya tinggi. (inu/din)