RADAR JOGJA – Kepala Stasiun Klimatologi (Staklim) BMKG Jogjakarta Reni Kraningtyas memastikan Siklon Tropis Claudia tak berdampak langsung pada cuaca di Jogjakarta. Walau tetap ada peningkatan intensitas curah hujan.

Berdasarkan pemantauan citra satelit, siklon bergerak ke arah barat daya menjauhi Indonesia. Catatan terakhir, siklon ini berada lebih dari 1000 kilometer sebelah selatan barat daya Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur.

“Sudah menjauhi wilayah Indonesia menuju arah barat daya. Kecepatan angin siklon ini mencapai kisaran 110 kilometer per jam hingga 140 kilometer per jam. Dampak ke Jogjakarta tidak terlalu, tapi kalau untuk kawasan Bali, NTT, NTB, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara cukup terasa,” jelasnya, Selasa (14/1).

Persinggahan siklon ini menyebabkan angin bertiup kencang di wilayah tersebut. Tercatat kecepatan angin daerah terdampak mencapai 20 knots. Sementara untuk ketinggian gelombang laut mencapai 2,5 meter hingga 4 meter.

Reni menuturkan kondisi gelombang laut ini merata di sepanjang  perairaan Samudera Hindia. Kondisi ini berlangsung di Samudera Hindia selatan Banten hingga kawasan NTT. Berdampak di perairan Jawa Barat hingga Pulau Sumba NTT.

“Potensi gelombang laut juga dirasakan di Jogjakarta. Dalam kurun waktu sepekan ketinggian gelombang laut bisa melebihi 2,5 meter. Sehingga kami imbau nelayan maupun wisatawan tetap waspada,” ujarnya.

Sementara cuaca ekstrem di Jogjakarta justru ada penurunan. Kondisi ini berlangsung sejak Minggu (12/1) hingga hari ini (14/1). Namun peringatan dini cuaca ekstrem kembali terbit. Tertanggal 15 Januari hingga 18 Januari.

Dalam kurun waktu tersebut, DIJ berpotensi terjadi hujan sedang hingga lebat. Hujan, lanjutnya, akan disertai dengan angin kencang dan kilat petir. Kondisi ini diperkirakan merata di seluruh wilayah DIJ.

“(Cuaca ekstrem) Jogjakarta kami perkirakan 15 sampai 18 Januari. Walau memang beberapa hari ini cenderung membaik,” katanya.

Hasil analisis kondisi dinamika atmosfer terkini menunjukkan potensi berlangsung selama sepekan. Ditandai dengan adanya fenomena alam Madden Julian Oscillation (MJO). Dinamika atmosfer ini terjadi di Wilayah Indonesia bagian tengah dan timur.

“MJO mendukung peningkatan konsentrasi curah hujan. Ditambah fenomena gelombang tropis yakni Kelvin Wave dan Rossby Ekuatorial yang membentuk pola siklonik dan pertemuan angin. Berpotensi meningkatkan pertumbuhan awan hujan,” ujarnya. (dwi/tif)