RADAR JOGJA – Seorang bayi warga Padukuhan Kamal, Desa Wunung, Kecamatan Wonosari, Habib Bin Jaya bernasib malang. Dilahirkan dalam kondisi prematur, tumbuh balita mengalami penyempitan atau penyumbatan saluran pernafasan (asteria eusofagus).

Bayi berusia enam bulan buah hati pasangan Doni Danu Wijaya, 23, dan Listari, 24, tersebut tak hanya kesulitan bernafas, namun juga memiliki persoalan menelan air susu ibu (ASI). Berat badannya terakhir ditimbang 2,6 kg.

Padahal, operasi pembuatan saluran pernafasan sesuai dengan keterangan dokter baru bisa dilakukan setelah berat badan minimal 5 kg. Sebenarnya keluarga ini telah mengakses jaminan kesehatan. “Yang jadi masalah biaya non operasi. Beli susu khusus lima hari sekali harganya Rp 400 ribu,” kata Listari ibu dari Doni.

Kondisi sekarang, untuk menunjang kesehatan bagian leher bayi dilobangi untuk saluran pernafasan dan dua lubang lain di bagian perut untuk memasukkan susu sebagai asupan makan dan pembuangan dari lambung.

“Sejak lahir (Habib) mengalami beberapa kali opname di rumah sakit. Mulai dari RSUD Wonosari hingga rumah sakit di Jogjakarta. Pascaoperasi di RS Sardjito kontrol harus rutin dilakukan dua hingga tiga kali dalam satu bulan,” ujarnya.

Dalam satu bulan, keluarga ini setidaknya membutuhkan biaya sekitar Rp. 1,6 juta hingga hampir Rp 2 juta khusus untuk menebus susu. Belum kebutuhan lain seperti kain kasa, pampers, kapas dan lain-lain.

Keluarga kurang mampu ini juga berjuang mencari uang untuk transport naik turun ke rumah sakit dengan biaya Rp 350 ribu satu kali jalan. Dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, ada beberapa dermawan yang datang memberi santunan.

Sementara itu, kakek Sutiyono berharap berat badan cucunya segera naik hingga mencapai batas minimal agar syarat tindakan operasi dapat dilakukan. Dia mengaku tak tega melihat kondisi cucunya. “Saat bayi yang lain minum susu melalui mulut, Habib melalui suntikan lewat selang di perut,” kata Sutiyono. (gun)